KOTA MALANG – malangpagi.com
Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika menegaskan bahwa ruh Pancasila adalah gotong royong dan kebersamaan. “Dengan kebersamaan dan bahu-membahu, saya yakin Pancasila akan membumi dalam jiwa-jiwa bangsa Indonesia, termasuk warga Kota Malang,” tutur politisi asal Bali tersebut, saat menjadi narasumber sarasehan peringatan Hari Jadi Pancasila di Pasar Seni Bareng, Rabu malam (1/6/2022).
Dalam kegiatan yang diinisiasi komunitas WAR (Wadah Inspirasi Rakyat) tersebut, Made mengapresiasi animo masyarakat yang cukup tinggi dalam menyambut Hari Lahir Pancasila. “Pancasila sudah tertanam dalam jiwa masyarakat Bumi Arema. Tinggal bagaimana kita menjaga dan memelihara. Itu lebih sulit daripada memperingati,” tegas Made.
Dirinya pun berharap, animo masyarakat yang tinggi juga diimplementasikan dengan cara merefleksikan nilai-nilai gotong-royong dan kebersamaan dalam sendi-sendi kehidupan. “Kota Malang adalah cermin miniatur Indonesia pada nilai-nilai toleransi dalam kebersamaan, serta berdasar pada histori kejayaan Kerajaan Singosari. Dari Semangat kejayaan itulah, peradaban kemajuan kebudayaan nasional diawali,” tegasnya.
Sementara itu, Anthony Wibowo yang turut didapuk sebagai narasumber sarasehan, melihat adanya problematika kehidupan kebudayaan bangsa saat ini. Lantaran dimainkan politik identitas yang saling menonjolkan dikotomi bahkan anomali, yang merongrong persatuan dan kesatuan NKRI.
“Bangsa ini sepertinya kehilangan ruh gotong-royong dalam perjuangan membangun hidup berkebudayaan. Kita sudah mengabaikan pentingnya dialog yang berkebudayaan dalam hikmah musyawarah antaranak bangsa,” jelas Paman Bowo, sapaan karibnya.
Budayawan tersebut memandang, masyarakat terutama Pemerintah Daerah terkesan abai dalam memandang strategis dialog mufakat musyawarah antarelemen sosial budaya dalam spirit gotong royong.
“Ketika memutuskan suatu kebijakan pembangunan kota, di mana seharusnya jangan mengabaikan kearifan nilai kebudayaan Kota Malang, yang telah membentuk karakter Malangan tanpa harus meniru daerah lain. Misalkan dalam konteks mempercantik jalur utama Kayutangan,” paparnya.
Bowo menegaskan, pada intinya bangsa ini masih belum sepenuhnya sadar dan tidak yakin, bahwa Pancasila adalah pedoman hidup yang paling utama dan cocok bagi harkat kemanusiaan sebagai bangsa Indonesia, yang berbhinneka dalam kodrat kebudayaannya.
“Untuk membangun kebudayaan Pancasila, dibutuhkan partisipasi, kontribusi, dan dedikasi setiap orang atau lembaga swasta serta pemerintah. Semoga kita dimerdekakan dari segala yang merendahkan akal budi dan mengingkari hati nurani,” pungkasnya. (Har)