JAKARTA-Malangpagi.com
Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, mengajak seluruh kalangan untuk memajukan Indonesia, khususnya pulau Sumatera melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
La Nyalla meyakini, pendekatan IPTEK yang dipadukan dengan kekayaan dan kearifan lokal akan mempercepat proses pembangunan Indonesia.
”Selamat kepada Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang berulang tahun hari ini, sejak didirikan pada 6 Oktober 2014. Pulau Sumatera yang begitu kaya harus bisa menyejahterakan warganya. Dan dengan pendekatan IPTEK didukung kepeloporan dari ITERA, saya yakin pulau Sumatera akan semakin maju, dan warganya yang tambah sejahtera,” ujar La Nyalla dalam sambutan pada acara Dies Natalis ITERA yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (6/10/2020).
Turut hadir dalam acara itu Rektor ITERA Profesor Ofyar Z. Tamin, Senator asal Lampung, Gubernur Lampung Arinal Djunaedi, utusan dari Kementerian Kebudayaan, dan keluarga besar sivitas akademika ITERA.
Dalam siaran pers yang diterima Malang Pagi, La Nyalla merasa bangga dengan keberadaan ITERA yang membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM di pulau Sumatera.
”ITERA melengkapi Institut Teknologi yang ada di Indonesia, di antaranya Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi 10 November Surabaya dan Institut Teknologi Kalimantan. Semuanya berpadu mewujudkan SDM Indonesia yang unggul, berdaya saing, dan menguasai IPTEK,” ujar La Nyalla.
Senator asal Jawa Timur itu pun mengutip pernyataan Presiden Soekarno saat membuka Kongres Ilmu Pengetahuan Indonesia yang pertama di Malang, tahun 1958. ”Bangsa ini hanya akan maju dan sejahtera jika pembangunannya dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi,” kutipnya.
”Artinya kita harus menjadikan IPTEK sebagai alat sekaligus sarana pendorong kemajuan perekonomian kita. Bukannya sibuk membangun teknologi, tetapi lupa tujuan kehadiran teknologi itu di tengah bangsa ini. Teknologi harus menjadi jalan keluar. Karena itu teknologi harus membumi,” imbuh La Nyalla.
Mantan ketua Kadin Jawa Timur itu menggarisbawahi, pembangunan dengan pendekatan IPTEK tetap harus memilah bidang apa yang harus diprioritaskan untuk mendorong, menggerakkan, sekaligus mempercepat perekonomian di Indonesia. ”Jadi jangan IPTEK yang tercerabut dari akar ekonomi rakyat Indonesia,” tegasnya.
Alumni Universitas Brawijaya Malang itu menjelaskan, daerah di Tanah Air memiliki keunggulan komparatif masing-masing, mulai dari pertanian dan perikanan, kehutanan, perkebunan, peternakan, mineral, hingga pesona pariwisata. Itu semua membutuhkan sentuhan IPTEK. Agar semua daerah memiliki keunggulan kompetitif yang dapat bersaing dengan negara lain.
”Agar kita menjadi bangsa yang andal soal ketahanan pangan, bangsa yang mampu menjadi tujuan wisata dunia, bangsa yang mampu mengolah sumber daya mineral dengan baik dan memiliki visi kelanjutan. Agar kita menjadi bangsa yang menjadi paru-paru dunia dengan hutan tropis kita. Semuanya butuh pendekatan IPTEK,” papar LaNyalla.
Termasuk untuk menjawab tantangan Indonesia sebagai negara kepulauan, yang memiliki kendala koneksi dan gap pembangunan antara Jawa dan Luar Jawa.
”Semuanya membutuhkan IPTEK. Dan tentu saja memerlukan kepeloporan dari ITERA. Dari anak-anak muda Sumatera yang digodok di institut ini untuk bisa membawa Indonesia melewati pandemi Covid-1. Dan ke depan, menjadi bangsa yang maju, yang bisa mengungguli bangsa-bangsa lain,” urainya.
Dalam sambutannya, La Nyalla meminta semua pihak untuk bertanya dan mengukur capaian bangsa ini. Sudah sejauh mana kita kembangkan teknologi kemaritiman? Sudah sejauh mana kita kembangkan teknologi pertanian dan pangan yang sesuai untuk model geografi Indonesia yang sangat berbeda dengan Australia dan Selandia Baru?
Sudah sejauh mana kita kembangkan teknologi yang menambah nilai untuk produksi mineral yang melimpah di negeri ini? Sudah sejauh mana kita mengembangkan koneksi digital sebagai alat bantu kesulitan infrastruktur antar wilayah dan pulau? Sudah sejauh mana kita memiliki tekonologi yang menjaga hutan kita dari kebakaran dan erosi?
“Saat ini, Pemerintah telah mengalokasikan di dalam APBN tahun anggaran 2020 dana abadi penelitian, sebesar Rp 5 Trilyun, dan secara bertahap akan terus ditingkatkan. Pemerintah juga telah mendorong dunia industri untuk memperkuat inovasi berbasis riset nasional, dengan memberikan insentif melalui skema pemotongan pajak,” tambahnya.
Penguatan riset juga dapat dilakukan melalui pemanfaatan dana pengembangan pendidikan nasional yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), yang saat ini dana yang dikelola telah mencapai lebih dari Rp66 Triliun. Sehingga ruang untuk pengembangan inovasi dan riset saat ini sudah lebih baik.
“Jadi tetap optimistis, dan terus berkreasi,” pungkasnya.
Editor : Redaksi