
KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur pada 5-9 April 2021 menggelar acara Revitalisasi Macapat Malangan, bertempat di Sanggar Sapta Wikrama, Kabupaten Malang.
Kegiatan tersebut diikuti 50 peserta dari berbagai komunitas. Antara lain Sanggar Sapta Wikrama, Komunitas Cinta Tanah Air, Teater Sampar, Rumah Musik Arbanat, dan Paguyuban Kusuma Jati. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghidupkan kembali Macapat Malangan dan mengenalkan puisi tradisional Jawa ini kepada generasi muda.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Dr. Asrif, M.Hum dalam sambutannya berharap, Macapat Malangan dapat dilestarikan oleh generasi muda. “Macapat Malangan perlu dilestarikan, dengan cara revitalisasi. Hal ini sangat penting, karena Macapat Malangan memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Macapat malangan mengandung nilai-nilai positif bagi generasi sekarang, serta mengandung tuntunan sekaligus tontonan,” tuturnya, Jumat (9/4/2021).
Di kesempatan yang sama, Ketua Tim Kegiatan Revitalisasi Macapat Malangan, Balok Safarudin berujar, pelaksanaan revitalisasi Macapat Malangan ini berbasis komunitas. Pesertanya pun terdiri dari berbagai umur. Untuk itu, perlu strategi khusus agar program ini diterima oleh masyarakat.
Kegiatan revitalisasi Macapat Malangan menghadirkan sejumlah narasumber berbobot. Di antaranya Dr. M Misbahul Amri dosen dari Universitas Negeri Malang (UM) dan anggota Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), yang kali ini membedah tentang revitalisasi dalam rangka perlindungan Macapat Malangan.
Selain itu hadir pula Pariman selaku Ketua Paguyuban Kusuma Jati, Marsam Hidayat dari Ludruk Lerok Anyar. Samsul Bakri yang lebih dikenal dengan Mbah Karjo, Didik Harmadi dari Teater Sampar, Sugiarto Ugik Arbanat dari Rumah Musik Arbanat, Jumaali Ki Wolak Walik, dan Muchammad Cholilloh dari komunitas Sapta Wikrama.
Hasil kegiatan revitalisasi Macapat Malangan di Kabupaten Malang ini berupa pementasan seni pertunjukan, yang menggabungkan antara macapat, musik, tari, dan permainan.
“Kami menggarap revitalisasi Macapat Malangan ini dengan bentuk permainan, karena pesertanya banyak dari kalangan anak-anak. Hal ini dilakukan agar memberikan kesan bahwa macapat itu menyenangkan, dan dapat mudah diterima oleh generasi berikutnya,” pungkas Balok Safarudin.
Reporter : Doni Kurniawan
Editor : MA Setiawan