SAMPANG – malangpagi.com
Meskipun tidak pernah menamatkan pendidikan di bangku sekolah dasar (SD), Ra Muntaga Hasyir (28) putra dari KH Haisy Ridwan, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Mustofa, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang mampu membuat buku yang diterbitkan salah satu penerbit asal Yogyakarta.
Kemampuan menulis yang dimiliki kiai muda tersebut patut diapresiasi. Karya perdananya yang berjudul ‘Senandika Pagi’ laris terjual hingga ke luar negeri. Seperti, Mesir, Arab Saudi, Malaysia, Singapura, dan Hongkong.
Berbekal kegemarannya membaca buku buku, segala ide dan pikiran Muntaga mengalir dengan lugas dan bernas. Bahkan perbendaharaan kosakata yang dikuasainya tak kalah dari penulis kawakan, walaupun dirinya besar di lingkungan pesantren.
“Kalau dulu itu masih zamannya Facebook (FB), sekitar 2011. Jadi setelah baca buku, saya tuangkan ide menjadi status FB,” ungkap Muntaga, Jumat (3/9/2021).
Hingga kemudian pada 2019, dirinya mulai mengunggah tulisan-tulisan naratif aktif di Instagram. Dengan menulis seputar agama, Muntaga berharap bisa memberikan ketenangan bagi anak muda dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Di tahun yang sama, dirinya mulai berinisiatif menyusun sebuah buku dengan memakai nama pena Shaabb Muslim. Agar apa yang ditulis selama ini tidak mudah hilang. “Pada tahun 2019 mulai ditulis bukunya. Kemudian bulan Ramadan 2021 mulai diterbitkan dengan judul Senandika Pagi,” terangnya.
Muntaga mengaku, karyanya tersebut dicetak sebanyak 2.000 eksemplar, dan hingga saat ini sudah terjual sekitar 75 persen.
“Saya merasa senang. Mengingat wilayah penjualannya cukup luas. Mulai Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, Jambi, Aceh, Lombok, dan beberapa buku juga terjual di Papua,” ungkapnya.
Sempat dirinya tidak percaya atas capaian penjualan buku yang fantastis. Apalagi karyanya ternyata juga diminati sejumlah mahasiswa dari manca negara.
Isi buku Muntaga sebagian besar merupakan konten Instagram miliknya, yaitu membangun narasi bagaimana menjadi manusia yang manusiawi, tapi juga diridhai Allah SWT.
“Kita tidak harus menjadi probadi yang bersurban, atau tiap waktu harus ke masjid. Tetapi menjadi manusia diridhai Allah itu bisa sesuai profesi masing-masing,” jelasnya.
Buku ‘Senandika Pagi’ berusaha meluruskan sudut pandang yang salah pada sebagian orang. Buku ini juga mencakup seputar social parenting, kekeluargaan, hubungan antarsahabat, termasuk cinta kawula muda.
“Jadi sasaran buku ini adalah semua usia. Karena pembahasannya juga tentang punya anak, hubungan antara orangtua dan anak, serta semua aspek kehidupan,” paparnya.
Muntaga juga menyampaikan, saat launching, buku ‘Senandika Pagi’ mendapat apresiasi sekaligus dibedah oleh Gus Azmi dan Veve Zulfikar, serta beberapa penulis Jawa Tengah.
“Pada saat itu acaranya virtual, karena pandemi Covid-19. Bulan depan rencananya kembali dibedah melalui Zoom oleh Najelaa Shihab, kakaknya Najwa Shihab,” terangnya.
“Saya sebagai putra daerah Kabupaten Sampang, ingin berbuat dan mengangkat harkat martabat Kabupaten Sampang sesuai kemampuan yang saya miliki,” pungkas Muntaga. (Wid/MAS)