
KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Ada yang menarik dalam pembukaan Festival Kampung Cempluk ke-12. Di antara para peserta pawai budaya, tampak sejumlah mahasiswa asing turut berpartisipasi memeriahkan agenda tahunan, yang menjadi ikon kampung di Jalan Dieng Atas Sumberjo, Kalisongo Kecamatan Dau, Kabupaten Malang tersebut, Minggu (18/9/2022)
Tema ‘Urip Iku Urup’, yang bemakna hidup harus memberikan manfaat dan nilai spirit positif bagi diri sendiri dan lingkungan, ditangkap dengan baik oleh pihak Universitas Brawijaya. “Saya melihat festival ini sebagai kegiatan positif dari warga untuk menghidupkan budaya setempat. Dan budaya setempat adalah modal besar, jika kita mau berkompetisi di level global,” ucap Rektor Universitas Brawijaya Kota Malang, Profesor Widodo.
Ditambahkannya, salah satu bentuk dukungan Universitas Brawijaya terhadap kegiatan ini adalah dengan melibatkan mahasiswa-mahasiswa internasional untuk berpartisipasi dalam Festival Kampung Cempluk. “Mahasiswa asing kami ajak ke sini untuk mengenal budaya Indonesia. Jadi orang luar negeri tidak hanya belajar teknologi di sini, tetapi juga belajar budaya kita. Sehingga budaya kita otomatis akan terbawa secara internasional, dan mereka menjadi duta kita untuk mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri,” beber profesor berusia 49 tahun itu.

Dirinya juga menegaskan, Universitas Brawijaya turut berkepentingan mengangkat budaya lokal, serta menjadi bagian penting untuk dipromosikan ke luar negeri. “Jadi ekspansi itu tidak hanya dalam bentuk militer, tetapi ekspansi budaya dan tradisi ke luar negeri itu penting untuk meningkatkan keunggulan bangsa Indonesia,” tegasnya
Menurut Profesor Widodo, Kampung Cempluk sebagai kampung lingkar kampus diharapkan dapat mendukung pendidikan di Universitas Brawijaya. “Kami berharap masyarakat mendukung aktivitas kemahasiswaan, sehingga mahasiswa nyaman tinggal di sini [Kampung Cempluk] untuk belajar. kami berharap, kampus nantinya dapat bersinergi untuk mengembangkan Kampung Cempluk sebagai kampung digital dan kampung budaya,” jelas pria yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya itu.

Di tempat yang sama, Bupati Malang Sanusi melayangkan apresiasi terhadap gelaran Festival Kampung Cempluk ke-12. Dirinya menilai, festival ini merupakan kearifan lokal yang patut dilestarikan. “Untuk pengembangan wisata seyogyanya ada sentuhan teknologi. Hal-hal seperti ini dapat dikemas lebih baik, dan Kampung Cempluk dapat menjadi binaan Universitas Brawijaya,” saran orang nomor satu di Kabupaten Malang tersebut.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Kampung Cempluk, Hanafi menyampaikannya bahwa Festival Kampung Cempluk merupakan sarana bagi masyarakat untuk menampilkan kreativitas, serta merespons nilai-nilai kebudayaan menurut versi mereka. “Jadi kita tidak memberikan konsep secara spesifik dan memberikan kebebasan untuk berkreasi, berkarya, dan berinovasi,” tuturnya
Selain berupaya untuk melahirkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, Hanafi mengaku bahwa pihaknya tetap mengikuti perkembangan zaman melalui digitalisasi. “Saat Covid melanda pada 2020 dan 2021, Festival Kampung Cempluk tetap digelar secara virtual. Ini kan termasuk gambaran bahwa kita sudah menyentuh digitalisasi,” ungkapnya.

Melalui atraksi-atraksi yang ditampilkan dalam Festival Kampung Cempluk kali ini, Ketua Karang Taruna Kampung Cempluk tidak hanya membranding kampungnya sebagai kampung wisata dan kebudayaan. Menurut Hanafi, ada hal lebih yang dibangun, yang bertujuan untuk memberikan nilai-nilai luhur tentang pendidikan yang berbasis kampung.
Hanafi menganggap Kampung Cempluk sebagai sebuah sekolah yang maha luas. “Jadi semua warga dapat merespons dan memberikan dan nilai-nilai keluhuran secara positif melalui Festival Kampung Cempluk ini,” pungkasnya. (Har/MAS)