MALANG PAGI – malangpagi.com
Antusiasme para juru warta cukup tinggi dalam mengikuti Pelatihan Dasar Jurnalistik yang diselenggarakan Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI).
Terbukti dari 97 pendaftar dari seluruh Indonesia, yang lolos administrasi hanya 66 peserta, termasuk di antaranya media Malang Pagi yang merupakan salah satu media online.
Kegiatan dilaksanakan secara daring tersebut dipimpin oleh Ketua DPN PPWI, Wilson Lalengke. Senior di dunia jurnalistik ini memberikan materi mengenai penggunaan Bahasa Indonesia dalam jurnalistik, dalam kaidah dan penerapannya.
“Dalam penulisan berita, hendaknya kita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan memperhatikan dasar-dasar Bahasa Indonesia, seperti penggunaan struktur kalimat Bahasa Indonesia,” ujar Wilson Lalengke saat membuka pelatihan, Sabtu (28/8/2021).
Alumni Sarjana Pendidikan FKIP Universitas Riau ini memaparkan, banyak masalah yang dihadapi dalam menulis berita. Misalkan sulit menemukan ide dalam memulai sebuah tulisan, pemilihan kata atau frasa yang tidak tetap untuk memulai sebuah kalimat, makna pesan kabur atau tidak jelas, serta satu paragraf berisi satu kalimat panjang yang sulit dipahami.
Ia menambahkan, kesalahan yang sering ditemui adalah kata yang berulang-ulang dalam satu kalimat atau paragraf. Penggunaan tanda baca yang tidak tepat dan membingungkan, atau bahkan tidak ada tanda baca sama sekali.
“Penggunaan huruf kapital yang tidak tepat, dan penggunaan kata atau partikel tertentu yang tidak tepat. Untuk itu, kunci sukses adalah pahami dan terapkan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkarya jurnalistik,” tegas Wilson.
Penulis Buku Menuju Indonesia Berkeadilan (2013) itu menyebutkan, ada empat aspek kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam penulisan.
“Aspek pertama adalah Rumus Kalimat. Artinya setiap penulis, jurnalis, atau wartawan wajib memahami komposisi kalimat yang baik dan benar, dengan menggunakan rumus S+P+O+K (subyek+predikat+obyek+keterangan),” ungkap mantan PNS di Sekretariat Jenderal DPD Republik Indonesia itu.
Wilson menerangkan, untuk kaidah kedua yaitu memperhatikan struktur kalimat majemuk. Kaidah ketiga penggunaan tanda baca, dan kaidah keempat adalah penggunaan imbuhan dan kata depan.
“Fungsi ‘di’ dan ‘ke’ sebagai preposisi dan penunjuk (benda, tempat, dan waktu) ditulis terpisah. Sedangkan penulisan ‘di’ dan ‘ke’ yang disambung adalah kata kerja,” jelasnya.
Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya, Mung Pujanarko mengemukakan, dalam menulis berita harus memperhatikan point of interest (POI), dengan menggunakan konsep piramida terbalik, yakni lead, body dan closing.
“Ilmu jurnalistik berasal dari Amerika, sehingga tidak mengherankan jika banyak ditemui kata asing seperti dalam konsep piramida terbalik. Meliputi lead yang artinya awalan, body adalah isi, dan closing merupakan penutup,” ujar alumnus Jurusan Hubungan Nasional FISIP Universitas Negeri Jember itu.
Mung pun membeberkan tips menulis dalam waktu singkat, dengan tetap memperhatikan POI. Cara ini mampu membuat seorang jurnalis menulis dalam waktu yang efektif, kurang lebih 10 menit, dan sesuai untuk digunakan saat kondisi mendesak dan mengharuskan membuat berita secepatnya, dengan tetap mematuhi aturan 5W + 1H.
Wartawan senior ini juga menekankan bahwa narasi begitu penting dalam kehidupan.
“Jadi apabila kita berada di suatu peristiwa, tulis peristiwa itu misalkan menghadiri seminar atau rapat. Jika kita berada dalam suatu kejadian, namun kita pulang tidak menulis peristiwa itu, kita adalah orang yang rugi,” tegasnya.
Pada bagian lain, Danny PH Siagian, seorang praktisi jurnalistik yang membawakan materi mengedit berita dan jurnalisme online, memberikan pengertian bahwa editing adalah sebuah proses menggunting bagian yang tidak penting.
“Tugas editor adalah melakukan editing atau penyuntingan. Yakni penyelesaian dan perbaikan naskah yang akan dimuat atau disiarkan,” ujar Danny.
Dirinya pun memaparkan prinsip-prinsip jurnalisme online yang harus diaplikasikan dalam penulisan, yaitu ringkas, dapat dipindai, interaktif, komunikatif, serta mampu beradaptasi. Danny juga mengingatkan, dalam proses editing harus memperhatikan penulisan nama yang benar.
Webinar yang dipandu Dosen Ilmu Komunikasi, Serepina Tiur Maida ini berlangsung interaktif, dengan selingan kuis-kuis dalam setiap sesi, sehingga memancing suasana webinar tidak kaku.
Apresiasi diberikan kepada Abdul Wahid P Diko, yang secara khusus mendapatkan Sertifikat Penghargaan, karena membawa para wartawannya untuk mengikuti webinar ini.
Pimpinan redaksi asal Gorontalo itu pun mengucapkan terima kasih kepada panitia, atas apresiasi yang diberikan.
“Kami ucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan kepada kami. Semoga pelatihan jurnalistik ini dapat bermanfaat,” tutup Abdul Wahid. (Har)