KOTA BATU-malangpagi.com
Apabila menuju arah Kota Batu dari Kota Malang melewati bukit Wukir atau sebaliknya dipastikan mengetahui petilasan yang berada di bawah pohon beringin yang besar dan rindang.
Petilasan Mbah Tunggulwulung, yang terletak di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, dari pengakuan Misto (49th), salah seorang warga asli desa tersebut, mengatakan bahwa keberadaan petilasan itu sudah ada sebelum kerajaan Singosari.
“Setiap pendapat orang bisa saja berbeda, tapi menurut saya, keberadaan petilasan Mbah Tunggulwulung ini 22 ribu tahun lalu sebelum adanya kerajaan Singosari,” ucap dia, Kamis (21/3/2019) sore, saat ditemui di lokasi petilasan.
Menurut Misto, petilasan Mbah Tunggulwulung yang ada di Desa Torongrejo tersebut sebenarnya pusat atau puser dari sejarah. Dimana, petilasan ini juga menjadi pusat dari berbagai ilmu mulai dari ilmu kanuragan, sastra dan budaya.
“Kalau masalah pertapaan, alurnya setelah melakukan ritual di petilasan Mbah Tunggulwulung dilanjutkan ke puncak pertapaan agung bukit Wukir,” ungkap dia.
“Awalnya, saya bersama komunitas Adiluhung menulusuri alurnya, supaya tidak ada yang melenceng dari yang sebenarnya,” imbuh Misto.
Dijelaskan Misto, Mbah Tunggulwulung mempunyai kerabat antara lain, di petilasan Puncak Wukir Mbah Surya Ngalam, petilasan Gunung Mujur Mbah Tunggul Yudo, petilasan daerah Temas Mbah Joyo dan Mbah Bener, serta petilasan di Mbeji Mbah ibot.
“Hari yang menjadi sakral disini adalah, Senin Legi saat Besar. Waktu itulah, semua sesepuh yang menjadi kerabat kumpul di petilasan Mbah Tunggulwulung,” ujar dia.
Dari perjalanan spiritual yang dilakukan Misto, diceritakan olehnya, pernah ditemui sosok yang memberikan amanah untuk perjalanan hidupnya. Bisikan yang menjadi amanah tersebut adalah bahwa hidup adalah seadanya, pasrah diri meskipun disakiti oleh siapapun.
“Saya mendapat amanah, harus berbicara apa adanya. Jadi, apa yang saya katakan ini sebenarnya. Kalau, ada kebohongan dipastikan resiko akan saya terima. Karena, ini amanah dari Mbah Tunggulwulung,” tutur dia.
Banyak orang yang datang untuk berziarah di petilasan Mbah Tunggulwulung, soal apa yang diminta adalah privasi orang tersebut. Mulai dari Lawang, Singosari, Kediri, Jawa Tengah, bahkan orang yang datang dari Bali.
“Keistimewaan disini untuk kita sendiri, lebih baik diambil positifnya. Kalau memang sesepuh berkenan memberikan cenderamata mata, disini juga ada saja yang mendapat cincin permata. Kadang apa yang menjadi pikiran seseorang, sesepuh juga menampakkan seperti yang ada dalam pikirannya, makanya kalau sebelum melewati petilasan Mbah Tunggulwulung harus bunyikan klakson. Semua kembali pada yang Maha Kuasa, disini hanya tempat,” ungkap Misto.
“Memang banyak petilasan Mbah Tunggulwulung, tetapi semua awalnya di Desa Torongrejo ini. Apalagi, musim pencalegan atau pilihan kepala desa sampai daerah, banyak yang datang kesini setelah itu naik ke puncak Wukir untuk menjalankan ritual,” pungkas pria dua anak ini.
Reporter : Red
Editor : Putut