KOTA BATU – malangpagi.com
Menyambut Tahun Baru Imlek 2575, Klenteng Kwan Im Tong yang berada di Jalan Gajah Mada No. 53, Ngaglik, Kota Batu melakukan serangkaian persiapan menjelang perayaan hari raya pada Sabtu, 10 Februari 2024. Mulai membersihkan ruangan, altar, patung-patung, mengecat ulang bangunan, hingga mengganti lampion. Diperkirakan tak kurang dari 100 umat akan datang pada perayaan untuk beribadah menyambut datangnya Tahun Naga Kayu.
Ketua Pengurus Klenteng Kwan Im Tong, Handy Wijaya, menyebut bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan saat Imlek, termasuk menyolek patung Dewi Kwan Im, yang berusia lebih dari 100 tahun. “Dewi Kwan Im memang dipilih menjadi dewa utama di kelenteng ini, karena dikenal sebagai dewi yang penuh welas asih dan sering memberikan pertolongan. Menurut cerita yang dipercayai oleh masyarakat, Dewi Kwan Im sering membantu orang dengan berubah wujud menjadi manusia,” tuturnya, Rabu (7/2/2024).
Lebih lanjut Handy mengisahkan, patung Dewi Kwan Im yang berada di Klenteng Kwan Im Tong awalnya adalah milik seorang Tionghoa bernama Tjoa Tjawan Djie, yang tinggal di Desa Pesanggrahan Kota Batu pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1930.
Sebagai pengikut Dewi Kwan Im, Tjoa memiliki tempat pemujaan sendiri di rumahnya . Seiring berjalan waktu, tempat tinggalnya kemudian berubah menjadi sarana ibadah warga keturunan Tionghoa lainnya.
Sekitar 1960-an, Tjoa Tjawan Djie memutuskan untuk membangun klenteng di sebelah selatan GOR Ganesha. Seiring meningkatnya minat masyarakat, klenteng itu pun dibuka untuk umum. “Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, klenteng dipindahkan ke Jalan Gajah Mada, karena lokasi awalnya digunakan sebagai kantor pendapatan pasar batu,” tutur Handy, dilansir dari DetikJatim.
Handy menuturkan, patung Dewi Kwan Im berukuran 30 centimeter tersebut didatangkan dari Tiongkok dan ditempatkan di altar utama di bagian dalam Kelenteng Kwan Im Tong. “Setiap kelenteng memiliki berbagai macam patung dewa atau dewi, seperti Dewi Kwan Im di sini atau Dewa Bumi (Hok Tek Ceng Shin) di Kelenteng Kota Malang, yang selalu disertai dengan kepercayaan masyarakat lokal,” tandasnya. (MK/MAS)