KOTA MALANG – malang pagi.com
Berbicara mengenai Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), maka tak bisa lepas dari pendidikan karakter untuk anak jalanan yang selalu digaungkan oleh lembaga sosial tersebut.
Melalui rumah produksi Sinema Budaya Nusantara, JKJT memberdayakan anak-anak jalanan asuhan mereka menggarap sebuah web series berjudul ‘Koncoku Dulurku’. Hampir semua kru film adalah anak jalanan yang belajar sinematografi secara otodidak.
Web series yang tayang di channel YouTube JENDELA INFO JKJT ini sudah memasuki episode 3. Ditargetkan pada Februari 2021 nanti akan menyelesaikan seluruh 15 episode yang direncanakan.
“Seluruh episode film Koncoku Dulurku kita angkat dari kasus-kasus sosial yang terjadi di masa pandemi. Seperti mengangkat isu pendidikan dan sosial. Harapannya bisa jadi sarana edukasi, sekaligus menebar semangat positif kepada semua,” tutur Agustinus Tedja Bawana, Ketua JKJT sekaligus sutradara dari web series Koncoku Dulurku.
Untuk meningkatkan kualitas para kru film dari anak jalanan, sekaligus sebagai upaya membangkitkan perfilman di Malang Raya, JKJT melalui Sinema Budaya Nusantara menggelar Diskusi Seputar Film Pendek bersama sejumlah komunitas dan pegiat perfilman Malang Raya, bertempat di Rumah Makan Kertanegara, Kamis (17/12/2020).
Diskusi menghadirkan beberapa insan perfilman nasional. Mulai Ade Sabana (Senior Kaifang), Achmad Syaiful (Director of Photography), Harry Soeharyadi (Sutradara), Budhi Wibawa (Dosen Perfilman IKJ), Kelvin Nugroho (Editor), hingga Yussy Poerwati (Pemeran Film Cut Nyak Dhien).
“Kegiatan ini dilakukan untuk memberi semangat kepada anak-anak jalanan, agar terus produktif dalam berkarya dalam dunia seni peran dan film,” ujar pria yang akrab dipanggil Ayah Tedja itu.
Pria yang memiliki ciri khas dengan rambut putih panjangnya itu juga mengungkapkan, Sinema Budaya Nusantara juga tengah mempersiapkan sebuah proyek film layar lebar.
“Sementara ini kita pakai judul ‘Misteri Gunung Arjuno’. Tidak menutup kemungkinan, kita juga akan menggandeng aktor dan aktris nasional,” tuturnya.
Dalam produksinya, film tersebut akan melibatkan budayawan Kota Malang, Ki Jati Kusumo. Selain itu, pihaknya juga menggandeng sejumlah sineas ibukota berpengalaman. Salah satunya Achmad Syaiful, sinematografer yang terlibat di 50 film layar lebar, seperti Pintu Terlarang dan Wiro Sableng 212.
“Malang ini adalah fundament start peradaban dunia. Karena di Malang banyak hal yang patut ditawarkan ke dunia. Ibaratnya, manusia jangan mati dulu sebelum datang ke Malang,” ucap Ki Jati.
“Skenario yang saat ini sedang kita garap adalah ‘Misteri Gunung Arjuno’. Target kita layar lebar. Di sini sudah ada Mas Ipung (Achmad Syaiful) yang merapat, dan Mas Tedja yang mendorong dengan semangat luar biasa,” pungkasnya.
Reporter : MA Setiawan
Editor : Redaksi