KOTA MALANG – malangpagi.com
SMA Katholik Santo Albertus Malang, dikenal dengan nama SMA Dempo, menggelar diseminasi film dokumenter tentang lady rocker pertama Indonesia, Silvia Saartje, Kamis (18/11/2021).
Kegiatan bertempat di perpustakaan SMA Dempo Jalan Talang Nomor 1 Kota Malang ini mengusung tema “Merangkai Puing-Puing yang Hilang, Arek Dempo Membaca Lady Rocker Pertama Indonesia.”
Acara yang dilaksanakan secara hybrid tersebut dikemas santai dalam format talk show, dan dihadiri sekitar 200 peserta didik.
Hadir sebagai narasumber yaitu Silvia Saartje, editor senior Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) sekaligus alumni SMA Dempo 1990 Christina M Udiani, dan Ketua OSIS SMA Dempo Fernandio Farrel.
Kegiatan ini mendapat respons positif dan dukungan dari Sekretaris Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) 2021 Kemendikbud Wati Syari dan Wakil Kepala Sekolah SMA Dempo Antonius Sunarto.
Menurut Wati, kegiatan diseminasi film dokumenter semacam ini perlu diapresiasi, mengingat banyak yang tidak mengenal para maestro yang telah memberi banyak inspirasi.
“Tidak banyak orang tahu kiprah dari sang maestro. Salah satunya sepak terjang dari Bu Jippy [Silvia Saartje]. Maka dari itu, Fasilitasi Bidang Kebudayaan memberikan ruang agar inspirasi yang luar biasa dari sang maestro dapat didokumentasikan, sehingga informasinya dapat lebih luas,” ujar Wati, saat memberi sambutan secara virtual.
Menurutnya, diseminasi film dokumenter ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi kepada para generasi muda, guna lebih fokus dan berjuang dalam mencapai cita-cita.
“Film dokumenter ini tidak hanya bercerita tentang Bu Jippy saja. Namun juga tentang kebudayaan Indonesia. Dapat memberi inspirasi untuk menggapai cita-cita, karena di tangan para generasi muda ini masa depan Indonesia berada,” tuturnya.
Senada dengan hal tersebut, Wakil Kepala Sekolah SMA Dempo, Antonius Sunarto menyebut, diseminasi film dokumenter Silvia Saartje dapat memberi pengetahuan bagi anak didik, khususnya dalam perkembangan musik Indonesia.
Acara belangsung gayeng dengan komunikasi interaktif antara narasumber dan peserta didik.
“Apakah yang menjadi titik terbawah Ibu Silvia, sehingga harus memilih musik di jalur rock?” tanya salah satu peserta.
Menanggapi pertanyaan sederhana namun sarat makna tersebut, Jippi, sapaan akrab Silvia Saartje kemudian menceritakan bahwa bakatnya mulai terasah mulai remaja, saat menjadi seorang penyanyi gereja.
“Ibu saya melarang saya untuk menyanyi rock. Namun berkat kegigihan dan fokus serta semangat tanpa batas, saya dapat meyakinkan orangtua, bahwa saya mampu menjadi diri sendiri dengan memilih jalur rock,” jelasnya.
Wanita kelahiran 15 September 1956 itu menambahkan, semangat tanpa batas harus dimiliki genersi muda, dan menjadi diri sendiri itu penting sebagai bekal menjalani hidup.
“Apa yang terjadi dalam hidup saya adalah karunia. Dan saya tidak mau menyia-nyiakannya. Semangat tanpa batas selalu terpatri dalam diri,” tegasnya.
Sementara itu, alumni SMA Dempo angkatan 1990, Christina M Udiani terkesan dengan film dokumenter yang di dalamnya menceritakan kisah seorang penggemar musik rock di Kota Malang, yang rela menggadaikan celananya di pasar loak dan kemudian ditebus kembali.
“Ini luar biasa. Saya tidak dapat mengatakan ini kenakalan atau kecintaan dari penggemar musik rock di Malang. Ini mungkin yang menjadi slogan bahwa Malang adalah barometer musik rock Indonesia,” ucap Christina.
Perempuan yang berprofesi sebagai editor senior di salah satu penerbit besar itu lantas berpesan kepada para peserta talk show, untuk tetap fokus dan semangat, serta dapat mencontoh dari perjuangan Silvia Saartje dalam menggapai cita-cita.
Acara makin hangat dengan penampilan Dian yang membacakan puisi berjudul Tuhan dan Eufra yang menyanyikan lagu bertajuk Biarawati. Suara emas Eufra yang membawakan lagu Jakarta Blue Jeansku, karya Silvia Saartje, menjadi penutup sempurna siang itu. (Har/MAS)