KOTA MALANG – malangpagi.com
Surat terbuka dan petisi muncul di media sosial. Surat ditujukan kepada Wali Kota Malang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Tim Ahli Cagar Budaya, dan Asosiasi Museum Indonesia Daerah Jawa Timur.
SURAT TERBUKA
Kepada
Yth. Wali Kota Malang
Yth. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
Yth. Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang
Yth. Asosiasi Museum Indonesia Daerah Jawa Timur
Beberapa hari ini di media sosial telah “viral” berita mengenai MUSEUM BENTOEL yang beralamat di Jalan Wiromargo Nomor 32, Kecamatan Klojen, Kota Malang akan dijual.
Setelah kami cek kebenarannya pada hari Jumat tanggal 6 September memang benar bahwa Museum Bentoel ini dijual oleh pemiliknya. Hal ini terlihat pada spanduk yang tertampang pada dinding depan gedung. Saat kami kesana kondisi Museum Bentoel sudah tutup tidak beraktifitas lagi. Patung Ong Hok Liong sang pendiri Bentoel yang berada di pojok depan sebelah kanan juga tidak tampak lagi. Prasasti tulisan “Museum Sejarah Bentoel” yang berada di tengah taman juga sudah tidak ada lagi.
Kami sebagai Pemerhati Sejarah dan Cagar Budaya Malang Raya sangat prihatin atas ditutupnya dan dijualnya Museum Bentoel ini. Menurut kami kesejarahan Bentoel sangat mewarnai kesejarahan Kota Malang. Bentoel telah menjadi bagian dari Kota Malang sehingga sejarah perjalanan Bentoel juga bersentuhan dengan sejarah Kota Malang. Jika Museum Bentoel dibiarkan hilang begitu saja, maka sebagian kesejarahan Kota Malang juga ada yang hilang.
Dari pertimbangan diatas dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Cagar Budaya, serta sebagai aspirasi dari warga Malang kami bermaksud menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dengan dicanangkannya program Malang City Heritage oleh Bapak Wali Kota Malang kami berharap Bapak Wali Kota Malang memperhatikan bangunan-bangunan heritage yang ada di Kota Malang, khususnya bangunan-bangunan heritage yang dikhawatirkan akan rusak, hancur atau musnah.
2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang untuk membantu menghidupkan kembali keberadaan Museum Bentoel sebagai destinasi wisata sejarah.
3. Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang untuk dapat memberikan rekomendasi penetapan cagar budaya bagi Museum Bentoel mengingat nilai sejarah serta usianya yang sudah diatas 50 tahun. Selain daripada itu di lokasi Museum Bentoel juga terdapat 2 buah arca peninggalan masa Hindu Budha, yaitu 1 buah arca berbentuk dewa (Siwa?) dan 1 buah berbentuk arca Nandi.
4. Asosiasi Museum Indonesia Daerah Jawa Timur untuk berkomunikasi dengan pemilik Museum Bentoel mengenai alasan penutupan museum dan mengupayakan dibukanya kembali museum.
Untuk menunjang berbagai hal diatas maka kami sertakan sedikit ulasan kesejarahan singkat dari Museum Bentoel :
Ong Hok Liong adalah pendiri industri rokok Bentoel. Lahir di Karang Pacar, Bojonegoro, Jawa Timur, 12 Agustus 1893. Ong Hok Liong merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara dari pasangan Ong Hing Tjien dan Liem Pian Nio. Ong Hing Tjien adalah pedagang tembakau. Jadi Ong Hok Liong sudah mengenal dunia tembakau sedari kecil.
Pada usia 17 tahun Ong Hok Liong menikah dengan Liem Kiem Kwie Nio, putri sulung dari sepuluh bersaudara dari keluarga pengusaha Liem Tek Bie. Mereka kemudian dikaruniai seorang putri yang diberi nama Mariani. Sejak itu Ong Hok Liong diserahi ayahnya untuk mengurusi bisnis tembakau.
Pada tahun 1910 Ong Hok Liong datang ke Malang. Selain berdagang tembakau dia juga berdagang palawija. Setelah dirasa cukup mapan, pada tahun 1921 Ong Hok Liong memboyong istri dan anaknya ke Malang. Mereka menyewa sebuah rumah di Jalan Pecinan Kecil, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Wiromargo. Kemudian mereka membuka toko palawija dan tembakau di Pasar Besar. Usahanya mengalami kemajuan. Pada tahun 1925 Ong Hok Liong dapat membeli rumah yang disewanya. Tahun 1928 anak keduanya lahir dan diberi nama Rudy Ong.
Tahun 1930 Ong Hok Liong mendirikan produksi rokok kecil-kecilan di rumahnya dan diberi nama “Stroojes-fabriek Ong Hok Liong”. Produksi rokoknya masih berbentuk lintingan dengan merek Burung, Kendang, Klabang, Turki dan Jeruk Manis. Baru pada tahun 1935 menggunakan merek Bentoel. Merek Bentoel berkembang pesat. Ong Hok Liong memperluas tempat produksinya di halaman belakang.
Manajemen diperbarui. Nama “Strootjes-fabriek Ong Hok Liong” diganti menjadi “Hien An Kongsie”. Adik iparnya Liem Hock Soen (Benson Salim) diangkat sebagai Direktur Utama. Sie Twan Tjing (Samsi) menantunya diangkat sebagai Wakil Direktur Utama. Adiknya Ong Hok Pa dipercaya menangani bidang produksi.
“Hien An Kongsie” semakin berkembang. Dari produksi rokok rumahan menjadi industri berbentuk pabrik. Kemudian berganti nama menjadi PT. Perusahaan Rokok Tjap Bentoel.
Pada tahun 1970 PT. Bentoel semakin berkembang dan membutuhkan lahan perluasan. Pihak Direksi Bentoel memutuskan untuk membangun gedung baru di rumah Jalan Wiromargo. Pembangunan ini harus merobohkan rumah bersejarah itu. Tapi untunglah ada wasiat dari Ong Hok Liong yang meninggal pada 1967 untuk tetap menjaga dan memelihara rumah itu. Pemugaran hanya mengubah tata letaknya saja. Rumah tetap utuh tak mengalami perubahan dengan gaya arsitektur rumah kuno orang Tionghoa awal abad ke-20. Saat ini rumah di Jalan Wiromargo menjadi Museum Sejarah Bentoel.
Reporter : Red
Editor : Tikno