
KOTA MALANG – malangpagi.com
Permasalahan sampah masih menjadi momok di Indonesia. Tak terkecuali sampah plastik. Bagi sebagian orang, sampah plastik termasuk botol-botol bekas kemasan air mineral dibuang begitu saja. Sebagian ada yang menjualnya secara kiloan, dengan hasil yang tidak seberapa.
Namun hal tersebut tak berlaku bagi orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi. Sampah bisa disulap menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi.
Seperti yang dilakukan oleh Mohammad Taufiq Shaleh Saguanto (42), yang juga dikenal dengan nama Taufiq Hotbottles, Sarjana Pemulung, atau Garbage Designer.
Nama belakang Saguanto tentunya tak asing bagi kebanyakan warga Kota Malang. Mendengar nama itu, pikiran akan langsung terlintas pada sebuah toko di kawasan Kiduldalem, Kota Malang yang terkenal menjual perlengkapan militer dan konveksi .
Tak salah memang, karena Taufiq merupakan salah satu keturunan dari Fahmi Saguanto, pemilik dari Saguanto Pratama Putra Group.
Pria kelahiran Malang, 8 Februari 1979 itu adalah salah seorang pengembang startup di Malang, yang menciptakan kerajinan dari botol plastik, sedotan, dan ember plastik bekas. Bentuk karyanya beragam, mulai dari miniatur sepeda motor, mobil, robot, pesawat terbang, hingga kapal layar.
“Saya mulai membuat kerajinan miniatur sejak 2015 silam. Bahannya dari gelas atau botol bekas air mineral, sedotan, botol sampo, botol oli, drum plastik, tandon, dan sendok bekas. Saat ini, sudah hampir 1.000 model saya buat,” jelasnya kepada Malang Pagi.

“Bahan-bahan ini mudah didapat, gratis dan selalu ada di sekitar kita. Yang tadinya melihat sampah harus dibuang, kita dapat manfaatkan menjadi produk kerajinan yang bernilai tinggi,” imbuh alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Untuk membuat karyanya, Taufiq hanya membutuhkan alat-alat sederhana. Seperti gergaji kecil, gunting, solder, lem tembak, dan cat semprot. “Modal awal untuk menyediakan alat-alat tidak lebih dari Rp300 ribu,” terangnya.
Untuk membuat satu karya miniatur, Taufiq bisa membutuhkan waktu tidak lebih dari 5 menit, memanfaatkan botol plastik dan bahan lain. “Yang lama hanya menunggu cat semprotnya kering,” ujar pria yang mengaku produk kerajinan yang diciptakannya bisa menghasilkan Rp30 juta lebih dalam sebulan.
Menurut Taufiq, dirinya mulai berkreasi saat bisnisnya berada di titik terendah pada 2014. Bisnis properti yang digelutinya diterjang krisis karena terlilit hutang. Ia pun berusaha keras mencari jalan keluar agar bisa melunasi hutang-hutang yang ditanggungnya.
Dalam kondisi tersebut, terlintas di benaknya untuk mewujudkan cita-citanya dengan mengusung konsep starting bussiness from zero dollar, making money from zero, serta stop pemakaian botol plastik.
Setahun kemudian, Taufiq mulai berkreasi dengan menyulap botol plastik menjadi produk kerajinan. Dirinya mengaku belajar secara otodidak, hingga akhirnya dapat mengembangkan usaha barunya tersebut.
“Namun sejak 2018, saya lebih fokus ke program kepelatihan. Setelah saya bisa mengekspor ke Jepang dan Kanada, saya melihat potensi bisnis ini harus bisa disalurkan untuk masyarakat Indonesia,” tuturnya.
“Impian saya, kreativitas ini bisa masuk ke kurikulum sekolah. Jika Jepang mempunyai kurikulum origami, maka Indonesia harus mempunyai kurikulum Hotbottles.” seloroh Taufiq.
Dari inovasinya tersebut, Taufiq mampu mendirikan Recycle Bottles Museum, serta membangun perusahaan home industry kreatif yang Ia namakan Hotbottles Recycle Company pada 18 Januari 2016.
Ia pun pernah didapuk menjadi pembicara dalam forum Festival Entrepreneur Indonesia 2018. Selain itu, Taufiq juga pernah tampil di acara Kick Andy pada Juli 2020 silam untuk menginspirasi masyarakat Indonesia dalam berbisnis tanpa modal.
Karya-karya Taufiq hingga saat ini sudah banyak dikoleksi oleh pelanggannya dari berbagai negara, mulai dari Australia, Kanada, Kongo, Selandia Baru, Jepang, hingga Rusia.
Reporter : Tanto
Editor : MA Setiawan