
KOTA MALANG – malangpagi.com
Teater Api Indonesia mementaskan lakon ‘Toean Markoen’ dengan pemeran antara lain Naryo Pamenang, M Sholeh, Margono, Dedy Oben,k dan Pambudi, di Gedung Oesman Mansoer, kompleks Universitas Islam Malang (Unisma), Sabtu (12/11/2022).
Adaptasi naskah drama Mesin Hamlet karya Heiner Müller tersebut ditampilkan dalam bahasa tubuh yang begitu apik dan jujur. menurut Sutradara, Luhur Kayungga, Toean Markoen merupakan personifikasi atau simbol peradaban yang ditulis dalam ejaan lama. “Markoen artinya makan secara lahap, atau cenderung serakah,” terangnya.
Melalui pertunjukan teater ini, Luhur berusaha menampilkan simbol Toean Markoen dalam konteks industri. “Kami sangat tertarik mengulik peran industri. Industri adalah satu pikiran manusia dalam peradaban yang diciptakan lewat praktik-praktik imperialis kapitalis,” paparnya.

Di samping itu dirinya juga ingin menyampaikan pesan, bahwa lakon Toean Markoen adalah sebuah upaya melongok sejarah peradaban. Di mana manusia telah diculik martabat kemanusiaannya, atau dihinakan dan dijadikan sekrup-sekrup mesin, serta dibuang sebagai sampah-sampah pabrik.
“Di dalam pertunjukan ini, kami berupaya menunjukkan benang merah pada perubahan baru nama yang bernama industri. Dari industri ini muncul limbah, sampah, dan polusi,” jelas Luhur.
Pria berambut gondrong tersebut lantas menbeberkan, pertunjukan yang ditampilkan masih terus berproses dan berestrorasi. “Dari naskah Mesin Hamlet kami tertarik dan ingin mengulik riwayat industri dalam sebuah pemahaman atau kesimpulan. Bahwa industri adalah suatu kubangan, sebagai satu konsekuensi yang akan menghasilkan limbah, sampah, juga polusi. Ini adalah konsekuensi logis yang dihasilkan dari sebuah industri,” ungkapnya
Melalui peranti kaleng-kaleng, dirinya menyiratkan bahwa perabadan yang terkubur dengan dunia dan ciptaannya sendiri, yaitu industri. “Kami berupaya menelusuri adanya sistem kekuasaan dan perubahan zaman yang tergerus oleh keadaan-keadaan baru,” tandas Luhur.

Hal senada disampaikan salah satu pemain, Dedy Obenk, yang menyebut adanya satu teks dalam naskah drama Mesin Hamlet karya Heiner Müller yang mengatakan tentang perubahan.
“Dalam hidup itu, bagaimana kita dapat melakukan perubahan, baik dalam lingkungan maupun diri kita. Pun dengan industri yang mengalami hal gila-gilaan, tapi kita tidak merasa menjadi budak-budak industri,” ungkapnya.
Melalui pementasan Toean Markoen ini, pihaknya mencoba untuk mengekspor sebuah gagasan industri yang diangkat ke panggung, sebagai simpul-simpul bahwa keganasan atau kegilaan industri sampai menjelajah otak, pikiran, dan langkah manusia, sehingga membuat lupa. Meskipun dirinya tidak memungkiri, bahwa berbicara industri memiliki hal positif dan negatif.
Gelaran ini merupakan kerjasama UKM Teater Unisma yang didukung Kemenpraf RI melalui Program Lensa Fotografi, Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), dan Dewan Kesenian Surabaya (DKS). (Har/MAS)