KOTA MALANG – malangpagi.com
Penutupan ruas Jalan Basuki Rahmat Kota Malang akibat pengerjaan proyek Malang Heritage di kawasan Kayutangan, membuat pada pelaku usaha di area tersebut menjerit.
Kepada Arif Wahyudi SH, anggota Komisi B DPRD Kota Malang, puluhan pelaku usaha di Kayutangan menyampaikan keluhan mereka, Sabtu (14/11/2020).
Beragam kalangan, mulai dari pengelola hotel, hingga pedagang kaki lima bahkan tukang parkir hadir di acara yang bertempat di sebuah area Pujasera (Pusat Jajanan Serba Ada) di RW 02 Kauman.
Acara pagi itu juga dihadiri anggota Komisi B DPRD Kota Malang lainnya Lookh Mahfud, Lurah Kauman Drs. Agus Purnomo Ali MM, Ketua RW 02 Kauman, serta Babinsa dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Kauman.
Arif Wahyudi membuka sesi dengan melontarkan sebuah pertanyaan sederhana. “Apakah warga yang hadir tahu, di depan sini (wilayah Kayutangan dan Jalan Basuki Rahmat) akan dibuat seperti apa?”
“Tidak tahu!” jawab warga yang hadir dengan serempak.
“Lho, kok bisa nggak tahu?” timpal politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu. Warga RW 02 menjawab, bahwa selama ini mereka belum mendapat sosialisasi terkait proyek Malang Heritage. Mereka mengaku belum pernah diajak bicara perihal pembangunan di kawasan Kayutangan
Hari Senin (16/11/2020), DPRD Kota Malang berencana menggelar dengar pendapat dengan Walikota Malang di Gedung DPRD Kota Malang, terkait proyek Malang Heritage. Oleh karena itu, Arif Wahyudi ingin mendengar langsung keluh-kesah warga dan pelaku usaha di wilayah terdampak proyek tersebut
Ulfa, yang sehari-hari bekerja sebagai koordinator juru parkir kawasan Kayutangan berujar, “Kalau jalan ditutup, kami makan dari mana? Pemerintah seharusnya memikirkan dampaknya terhadap rakyat kecil. Karena kami mengalami penurunan pendapatan sangat drastis. Hingga 99 persen.”
Keluhan senada juga dilontarkan Mas Amin, pengelola Pujasera di Kayutangan. “Setelah 9 bulan menderita karena dampak pandemi, kini penderitaan kami ditambah oleh efek pengerjaan proyek Kayutangan ini. Saya mengusulkan, pemerintah memberikan kompensasi kepada kami.” tegasnya.
Ani Suryani, pengelola hotel Grand Cityhub minta akses Jalan Basuki Rahmat dibuka total.
“Karena di beberapa titik ada spanduk yang menyebutkan bahwa Jalan Basuki Rahmat ditutup total. Imbasnya, hampir tidak ada kendaraan yang lewat di Jalan Basuki Rahmat. Karena mengira jalannya tertutup sama sekali, tidak bisa dilewati,” keluhnya.
“Padahal kendaraan bisa putar balik di depan Bank Sinarmas. Tapi tidak banyak masyarakat yang mengetahui. Oleh karena itu saya mohon akses Jalan Basuki Rahmat dibuka total. Minimal, agar nantinya tidak sesepi ini,” lanjut Ani.
Arif Wahyudi setuju usulan ases Jalan Basuki Rahmat dibuka. “Biar saja masyarakat masuk. Toh kalau kecele bisa putar balik, sehingga tidak mematikan usaha warga sekitar Kayutangan,” ucapnya.
Lain halnya dengan kekhawatiran yang dirasakan Agnes, seorang pengusaha depot atau kedai makan. “Mbok kami ini diajak ngobrol. Ke depannya seperti apa. Jangan sampai kami yang sudah lama ini menjadi tergusur oleh usaha-usaha baru. Karena kami dengar, jika trotoar nantinya akan disewakan untuk stand-stand pedagang. Sedangkan kita tahu bahwa UMKM punya asosiasi yang dimaintain oleh Pemkot, dan kami mungkin tidak ada di dalamnya,” tuturnya.
Di kesempatan yang sama, Lurah Kauman mengakui jika terdapat kendala dalam sosialisasi pembangunan kawasan Kayutangan ini. Secara retoris Ia menjawab, “Nantinya kita akan nikmati bersama hasil pembangunan ini. Oleh karena itu, semua pihak perlu bersatu untuk mengawal proses pembangunan ini.”
Reporter : MA Setiawan
Editor : Redaksi