KOTA MALANG – malangpagi.com
Splindit (atau Splendid) dikenal sebagai sebuah kawasan pasar burung dan hewan di tengah Kota Malang, yang selalu diwarnai hiruk pikuk dan tak pernah sepi pengunjung.
Tak jauh dari keramaian tersebut, terdapat sebuah warung kopi yang memilih nama cukup kontras, Warung Tenang.
Lokasi warung ini cukup tersembunyi dan menjadi unik karena letaknya persis di tepi sungai Brantas. Posisinya yang berada di bawah jembatan membuat akses masuk sedikit sulit, namun masih bisa dilalui sepeda motor.
Bagi pengunjung yang membawa sepeda motor, bisa memarkir kendaraannya di pinggir sungai. Sedangkan untuk mobil harus diparkir di Pasar Bunga, Jalan Brawijaya.
Pemilik Warung Tenang, Sam Ambon, yang memiliki nama asli Fanda Hardianto, mengaku memilih nama tersebut dari suara sungai yang menenangkan.
“Warung ini telah dibuka mulai 1 desember 2020. Ide tercipta saat usaha saya mengalami kejatuhan di akibat pandemi. Setelah merenung, menenangkan diri di pinggir sungai Brantas, sambil merokok dan ngopi, saya lantas mendapatkan ide mendirikan sebuah warung kopi. Sepertinya nyaman ngopi di sini sambil mendengarkan suara aliran sungai,” cerita Sam Ambon kepada Malang Pagi, Senin (20/8/2021).
Warung Tenang memiliki konsep outdoor yang menyajikan suasana alami, meskipun letaknya masih di tengah kota. Warung ini buka mulai pukul 08.00 WIB dan tutup pukul 20.00 WIB.
“Di sini nggak ada Wifi. Agar pengunjung tidak sibuk dengan gadget mereka masing-masing. Saya ingin kembali menjadikan warung kopi sebagai tempat diskusi,” tegas Sam Ambon yang mengaku banyak pengunjung yang datang dari luar kota, seperti Lumajang, Tulungaggung, dan Yogyakarta.
Target konsumennya menyasar kalangan menengah ke bawah, karena harga menu yang disajikan yang terbilang sangat murah, kisaran 2.000 hingga 10.000 rupiah. “Saya ingin semua orang bisa ngopi dengan tenang sambil menikmati suasana alam,” tuturnya.
Warung Tenang memang masih belum memiliki menu andalan. Sam Ambon beralasan, dirinya ingin mengembalikan kejayaan kopi-kopi khas Malang, seperti kopi tubruk dan kopi Dampit. “Warung tidak perlu ada ciri khas. Apa yang ada di warung (pada umumnya) juga ada di sini,” ucapnya.
Menurut Sam Ambon, lokasi warungnya berdiri dulunya adalah tempat prostitusi. “Alhamdulillah, semenjak ada Warung Tenang, mungkin saya memang menutup ‘rezeki’ orang lain, tapi saya nyata memberikan solusinya. Beliau yang memiliki tempat itu (prostitusi) saya suruh megang tempat parkir,” terangnya.
Dirinya bersyukur, kehadiran Warung Tenang akhirnya dapat membuka lahan pekerjaan baru bagi warga sekitar di masa pandemi.
Meskipun terletak di tepi sungai Sam Ambon, berusaha tetap menjaga kondisi tetap alami. Oleh karena itu dirinya tidak mendirikan bangunan apapun di tepi sungai.
“Tatapi saya sedikit kecewa, karena masih ada sampah dari Pasar Bunga yang dibuang ke tepi sungai. Dulu sudah ada pengajuan untuk truk sampah untuk mengambil sampah di sekitar pasar. Tapi sampai saat ini masih belum terealisasi,” keluhnya.
Sam Ambon ternyata sudah memikirkan segudang rencana untuk mengoptimalkan kawasan plengsengan sungai Brantas. Dirinya mengaku suatu saat nanti akan menggelar pentas seni untuk mengakomodir seniman-seniman Kota Malang. Tak hanya itu, Sam Ambon juga memiliki ide mengadakan wisata tubing di aliran sungai sekitar Warung Tenang.
“Kalau berbicara masalah pembangunan, kalau memang diizinkan untuk memajukan wisata di Malang, saya ingin dikasih lampu taman dan perapian. Kalian silakan bawa makanan sendiri. Bakar-bakaran di sini,” ujarnya. (Gibran/MAS)