KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Lisa Nuraini, SS menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menyatakan sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Malang.
Pernyataan tersebut dilontarkan menanggapi rilis pers yang dimuat dalam artikel Malang Pagi pada 23 Desember 2020, berjudul ‘DPD PSI Kabupaten Malang Akan Usut Kasus Ketua PSI Gadungan’.
“Saya tidak pernah menyatakan diri saya adalah Ketua DPD PSI Kabupaten Malang. Jabatan saya adalah Wakil Ketua berdasarkan SK no. 127/SK/DPP/2020 tanggal 22 Juni 2020,” ujar Lisa melalui keterangan tertulis yang diterima Malang Pagi, Sabtu (23/1/2021).
Mundurnya ketua pada awal September 2020, membuat Lisa kemudian ditunjuk oleh Dewan Pengurus Wilayah (DPW) sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua DPD PSI Kabupaten Malang, sekaligus sebagai koordinator tim sukses (timses) pasangan Sanusi dan Didik Gatot Subroto (SanDi) di Pemilihan kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Malang 2020.
Karena Lisa sejak awal bergabung sebagai koordinator dari PSI, maka tak sedikit anggota timses yang kemudian menganggapnya sebagai Ketua DPD PSI Kabupaten Malang. “Walaupun saya selalu mengenalkan diri sebagai Plt. Ketua,” ucapnya.
Dalam kampanye, nama-nama personel dari PSI yang terdaftar di KPU Kabupaten Malang berasal dari tim yang dibentuk Lisa, dan sudah dibagi ke dalam divisi-divisi yang ada di timses SanDi.
“Di tengah masa kampanye, tiba-tiba ada kabar bahwa mandat kepengurusan saya dicabut dan telah dibentuk kepengurusan DPD PSI Kabupaten Malang yang baru,” kata perempuan 43 tahun itu.
Meskipun secara pribadi Ia mengaku tidak mempermasalahkan penggantian tersebut, namun Lisa merasa ada proses yang ‘terlewat’. Karena sampai detik ini, dirinya tidak pernah diberi tahu alasan mengapa mandatnya dicabut.
“Saat itu yang ada dalam pikiran saya dan tim adalah tetap berperan maksimal dalam timses SanDi. Karena menyangkut kredibilitas saya pribadi dan partai,” terang warga Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang itu.
Meskipun pengurus DPD yang baru telah mengenalkan diri ke timses SanDi, tetapi karena tim Lisa sudah terlanjur terdaftar di KPU serta melihat komitmen yang mereka tunjukkan, timses memutuskan untuk tetap memakai tim Lisa sebagai relawan non-partai.
“Sejak saat itu, saya dan tim sudah menganggap diri sebagai relawan non-partai, dan tidak memakai atribut PSI selama sisa masa kampanye pemenangan SanDi,” jelas alumnus jurusasn Sastra Inggris-Mandarin STIBA Malang angkatan 96 itu.
Terkait unggahan di media sosial PSI Kabupaten Malang yang masih menuliskan dirinya sebagai Ketua DPD PSI, Lisa menegaskan bahwa hal tersebut bukan atas permintaan maupun perintahnya.
“Jadi jika dalam press release DPD PSI menyatakan saya mengaku sebagai Ketua DPD PSI berdasarkan postingan di Instagram @psimalangkab, hal itu adalah fitnah,” tegasnya.
Begitu juga dengan penulisan jabatan pada karangan bunga ucapan selamat atas kemenangan pasangan Sanusi dan Didik. Lisa mengaku karangan bunga tersebut bukan dipesan oleh dirinya pribadi, melainkan pesanan secara kolektif oleh timses.
“Kesalahan ini sangat mungkin terjadi karena dari awal koordinasi PSI dan timses, bahkan selama masa kampanye sampai selesai, memang saya cukup aktif. Bahkan sampai sekarang, aktivis timses mengenal saya sebagai Lisa PSI,” ujar pehobi travelling itu.
Lisa mengaku sangat dirugikan oleh pemberitaan di media online terkait masalah ini, yang Ia rasa menyudutkan dan tidak berimbang. Dirinya juga khawatir, narasi yang telah disampaikan menggangu kredibilitasnya sebagai seorang pemilik usaha.
“Semoga klarifikasi ini dapat memberikan sudut pandang yang benar,” tandas owner Enjoy Bromo Tour and Travel dan bengkel besi One Workshop itu.
Reporter : MA Setiawan
Editor : Redaksi