
FLORES TIMUR – malangpagi.com
Mahasiswa Kandidat Sarjana Mengabdi (KSM) Universitas Islam Malang (Unisma) Kelompok 45 mengajak warga Desa Lohayong II, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melakukan branding salah satu makanan tradisonal setempat, yakni Jagung Titi.
Jagung Titi merupakan camilan khas Pulau Flores yang berbahan baku jagung. Setelah direbus setengah matang, jagung kemudian dititi (ditumbuk) hingga bentuknya seperti emping. Rasanya gurih dan renyah mirip popcorn, dan bisa ditambahkan perasa pedas atau manis.
Bagi masyarakat Lohayong, Jagung Titi menjadi salah satu simbol kuliner lokal sejak zaman dulu. Tak jarang juga masyarakat mengonsumsinya sebagai pengganti nasi. Namun di era modern ini, camilan Jagung Titi kurang populer.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong sekelompok mahasiswa yang mengikuti program KSM Tematik Unisma untuk menggagas sebuah kegiatan bertajuk “Desa Sehat, Ekonomi Kuat” untuk mengangkat makanan tradisional khas daerah.

Kegiatan ini diprakarsai Sadam Asir, mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Unisma. Menurutnya, KSM Tematik Unisma dapat menjadi momen tepat untuk mempopulerkan kembali camilan Jagung Titi.
Proses branding terhadap makanan tradisional ini diharapkan mampu mendorong Jagung Titi bersaing dengan makanan kemasan lainnya.
“Jagung Titi atau lebih dikenal sebagai emping jagung merupakan salah satu penganan lokal masyarakat Lohayong di NTT, yang tampaknya belum sepopuler makanan kemasan lainnya yang beredar di masyarakat. Sehingga kami berinisiatif membuat Jagung Titi dengan merek ‘Jagung Kriuk’ yang dikemas modern dan dengan varian rasa baru,” jelas Sadam.
Pengolahan Jagung Kriuk ini dilaksanakan di rumah Ketua RW 03 Dusun II Desa Lohayong II, Selasa (23/2/2021). Strategi yang digunakan dalam branding makanan tradisonal ini yakni dengan mengemasnya sebagai jajanan santai, dengan bermacam variasi rasa dan tentunya kekinian.
Varian rasa yang disajikan antara lain rasa ayam panggang, barbeque, balado dan jagung bakar. Inovasi yang dilakukan tidak menghilangkan ciri khas Jagung Titi yang gurih dan renyah.
Selain inovasi dalam hal rasa, melakukan branding melalui cara pengemasannya juga merupakan elemen penting. Menurut Sadam, jika inovasi ini terus dikembangkan, niscaya dapat menjadi satu peluang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Jagung Titi memiliki potensi besar sebagai ide bisnis. Selain sebagai makanan pengganti nasi, makanan khas Pulau Flores ini juga dapat dinikmati sebagai camilan. Ini menarik dan cocok untuk dikembangkan sebagai UMKM oleh masyarakat Desa Lohayong,” Tutup Sadam.
Reporter : Siti Khatija
Editor : MA Setiawan