KOTA MALANG – malangpagi.com
Lobi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang di Jalan Tugu No. 1A Kota Malang kini memiliki ruang pamer khusus yang mewadahi karya-karya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Ruang tersebut diberi nama Dismart atau Disabilitas Market. Hasil karya yang ditampilkan dan ditawarkan beraneka ragam, mulai produk kuliner, fashion, hingga kerajinan tangan.
Adalah Djoko Rendy, pendamping dari Komunitas Tithiek Tenger, yang dengan tekun membimbing ABK. Bersama para guru yang tersebar di Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Malang Raya, dirinya memiliki gagasan untuk memamerkan sekaligus menawarkan karya dari para penyandang disabilitas.
“Sebenarnya gagasan ini sudah dua tahun. Tidak datang tiba-tiba. Berawal dari pameran di Pasar Seni Bareng (Pasebar). Saat pameran ada seorang teman penyandang disabilitas yang ikut, dan karyanya tidak kalah dengan yang non-disabilitas. Dari situlah, kami kemudian mengajak untuk mengikuti pameran selanjutnya,” cerita Djoko Rendy kepada Malang Pagi, Rabu (26/1/2022)
Seniman topeng itu mengungkapkan, pameran berikutnya berlangsung di Cafe Jeep. Tak disangka, antusiasme pengunjung sangat tinggi membeli produk-produk yang dihasilkan ABK.
“Pameran tersebut sukses. Ternyata hal ini membuat guru-guru dan orangtua para ABK tertarik untuk mengadakan pergelaran lagi,” ujar Djoko Rendy.
Ia pun menerangkan, Komunitas Tithiek Tenger menyiapkan tempat di Pasebar untuk diadakan pameran, yang diberi nama Warming Up, sebagai persiapan Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2021 lalu.
Persiapan sebenarnya sudah matang. Namun Djoko Rendy mengaku semangatnya berkurang, lantaran melihat kondisi para ABK yang kesulitan saat naik ke lantai 3 Pasebar.
“Semangat kami langsung kendur, melihat anak-anak tersebut harus digendong saat menuju lantai tiga Pasebar. Ada yang harus memakai tongkat. Melihat itu, kami kemudian mengalihkan pameran di Gedung DPRD Kota Malang,” terangnya.
Budayawan Malang itu lantas mengajukan izin kepada Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika, guna mengadakan pameran di lobi gedung legislatif tersebut.
Gayung bersambut, permohonan izin dikabulkan, dan para ABK dapat unjuk gigi memamerkan karya-karyanya pada 19–21 November 2021. “Warming Up untuk persiapan Hari Disabilitas Internasional memberikan berkah. Di luar dugaan, omzet yang diperoleh mencapai Rp220 juta!” ungkap Djoko Rendy.
“Melihat potensi yang dimiliki para ABK, Ketua DPRD Kota Malang kembali memberikan apresiasi dengan meminjamkan ruangan di lobi DPRD untuk dimanfaatkan sebagai ruang pamer karya ABK,” terangnya.
Pihaknya menekankan, ABK bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, namun juga berbagai pihak, termasuk legislatif dan masyarakat.
“Alhamdulillah, para ABK diberi wadah untuk berkarya, dan kami sudah melakukan MoU dengan Ketua DPRD Kota Malang. Karena penyandang disabilitas bukan hanya tanggung jawab eksekutif saja. Namun juga legislatif dan masyarakat,” tegasnya.
Pria yang sehari-hari bergelut dengan dunia seni itu berharap, kelak para ABK memiliki gerai waralaba sendiri. “Tidak hanya berada di bawah naungan Dinas Sosial, tetapi juga di bawah Disporapar (Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,” harap Djoko Rendy.
Dirinya menegaskan bahwa tidak adan eksploitasi dalam pameran ini, dan semua adalah murni perdagangan. “Karya yang diperdagangkan berasal dari 15 sekolah, yang sebelumnya telah kami lakukan kurasi. Perlu digarisbawahi, tidak ada eksploitasi di sini,” tegasnya.
Djoko Rendy pun memandang ABK sebagai manusia luar biasa dengan segala keterbatasannya. Mereka tidak pernah patah semangat. “Tujuan awal pameran ini, kami berharap anak-anak ABK dapat mandiri. Kami hanya membantu dalam pameran dan pendampingan saja,” pungkasnya. (Har/MAS)