KOTA MALANG – malangpagi.com
Minggu pagi (19/11/2023), ratusan siswa mengenakan seragam beladiri serba putih memenuhi Lapangan Serbaguna SMK Negeri 4 Malang. Siswa yang sebagian besar adalah murid-murid sekolah dasar itu datang didampingi orangtua mereka, juga guru pembimbing dari sekolah masing-masing.
Hari itu, mereka mengikuti Grading Test atau Ujian Kenaikan Tingkat Taekwon-Do ITF periode III tahun 2023. Selain diikuti oleh 356 peserta, Grading Test kali ini begitu istimewa, karena diuji langsung oleh Presiden ITF Indonesia Taekwon-Do, Ivan Antonius (Dan VI), didampingi konduktor Sabeum Mamad (Dan III) dari Jakarta. Jumlah peserta sebanyak ini pun tercatat sebagai yang terbanyak di tanah air.
Peserta sebagian besar berasal dari Sekolah Internasional Al Ya’lu, yang memang memiliki program khusus Taekwon-Do kepada seluruh siswanya. Selain itu, peserta juga berasal dari unit-unit binaan ITF Malang lainnya. Di antaranya SD Islam Al Azhar 56, SMK Negeri 4 Malang, dan Dojang Sawojajar.
Mereka menjalani materi ujian seperti jurus (tul), teknik dasar (gibon yonsup), tes fisik, hingga simulasi sparring dan pemecahan papan. Dalam Grading Test kali ini juga diadakan ujian kenaikan tingkat ke Sabuk Hitam. Di mana peserta harus melewati tes tendangan dengan tingkat kesulitan tinggi dan sparring melawan dua orang.
Ketua ITF Malang Taekwon-Do, Meta Andri Setiawan mengungkapkan, Grading Test kali ini semacam menjadi buah dari perkembangan Taekwon-Do ITF di Kota Malang, yang dirintisnya sejak 2017 silam. “Kebetulan saya pulang kampung ke Malang setelah 18 tahun bekerja di Jakarta. Di mana di ibukota saya berlatih ITF, bahkan sempat dilatih pelatih asal Korea Utara,” ungkapnya kepada Malang Pagi, Minggu (19/11/2023).
Di awal perkembangan ITF di Kota Malang, Meta dibantu istrinya, Triana, mengaku hanya memiliki 11 siswa untuk dilatih Taekwon-Do ITF. Kesemuanya adalah siswa ekstrakurikuler Taekwon-Do di SMKN 4 Malang.
“Taekwon-Do ITF pernah mati suri di era orde baru, tepatnya sejak tahun 1980an, sebagai korban isu politik di dalam negeri juga di negara asalnya, Korea Selatan. Namun mulai era reformasi, 1998, Taekwon-Do ITF mulai berani kembali unjuk gigi. Meskipun perkembangannya saat itu sangat lambat,” terangnya.
“Sangat ironis memang. Mengingat ITF adalah organisasi Taekwon-Do tertua di dunia, berdiri sejak 1966. Begitu juga di Indonesia, ITF adalah aliran dan organisasi Taekwon-Do pertama. Di mana PTI (Persatuan Taekwon-Do Indonesia) didirikan di Medan pada 1973, oleh Harno Omar, orang Indonesia pertama yang menyandang sabuk hitam Taekwon-Do. ITF pernah menjadi yang terbesar di tanah air, hingga menggelar kejuaraan Asia-Pasifik di Jakarta tahun 1981,” beber pria yang menekuni beladiri Korea tersebut sejak 1988 itu.
Namun Meta mengaku sangat tertantang dengan kondisi yang ada. Ia bahkan menegaskan bercita-cita membuat Taekwon-Do ITF berkembang pesat di Indonesia. “Tren perkembangan kami semakin baik. Sejak ITF Indonesia Taekwon-Do didirikan pada 2011 silam, saat ini kami tercatat telah memiliki perwakilan di 16 provinsi, dan akan terus bertambah,” ujar Meta, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat ITF Indonesia Taekwon-Do.
Dirinya juga mengaku sangat senang dengan perkembangan ITF di Kota Malang saat ini. “Sekarang kami memiliki lebih banyak unit, lebih banyak sabuk hitam, banyak senior. Kami tentunya berharap akan semakin besar dan berkualitas di masa mendatang,” sebut Meta.
Urusan prestasi, Meta dengan tegas menampik isu-isu yang diembuskan oknum tak bertanggungjawab, yang menyebut bahwa di ITF siswa akan sulit berprestasi. “Kami saat ini memiliki beberapa Juara Taekwon-Do ITF tingkat Asia. Tak hanya di Taekwon-Do, atlet ITF Malang juga ada yang meraih medali emas PORPROV dan lolos PON XXI di cabor Kickboxing. Jadi, jalan untuk meraih prestasi sangat terbuka di sini,” ucapnya sambil tersenyum. (Red)