PAMEKASAN-malangpagi.com
Pesta Demokrasi yang pelaksanaannya pada 17 April 2019 lalu telah berjalan dengan lancar dan damai. Namun, pasca rekapitulasi dan penghitungan suara pada Rapat Pleno Terbuka yang digelar oleh KPU Kabupaten Pamekasan, Rabu (1/5/2019) menuai konspirasi dan berbagai ragam polemik.
Ditemui malangpagi.com, mantan wartawan senior yang sekaligus Pengamat Kebijakan Publik, Dr. Adi Suparto,MPd,MH menjelaskan, terkait “Pelaksanaan Pemilu Serentak 2019 lalu” tersebut sangat luar biasa.
“Saya mengapresiasi, bahwa salah satu kesuksesan pada pelaksanaan Pemilu 2019 kali ini letak dari pada antusiasme masyarakat Pamekasan sebagai pemilih,” Kamis (9/5/2019).
Lanjut dia, menanggapi berbagai opini dan isu yang berkembang di Pamekasan kini dari kekuatan-kekuatan politik tertentu yang mengarah antar kelompok masyarakat, akan tetapi tidak terbukti terjadi.
Adi Suparto menambahkan, kalau masyarakat Pamekasan saat ini sudah cerdas dan mampu menilai akan isu yang marak di Kabupaten Pamekasan, dan, di dalam pelaksanaan Pemilu serentak 2019 dengan lima surat suara yang membutuhkan waktu lama telah menjadi catatan sejarah Negara Indonesia yang paling berharga.
Karena, ungkap dia, dirasa Pemilu paling rumit di dunia ini karena banyak menyimpan kompleksitas dan butuh tenaga ekstra dalam menjalankan tugasnya yang dengan alasan kelelahan, sehingga merenggut nyawa petugas Pemilu sebanyak 554 jiwa, ini sungguh luar biasa.
“Ketika KPU Pamekasan mengadakan Rapat Pleno Terbuka untuk menetapkan penghitungan suara ada beberapa kejadian aneh yang terkesan tidak fair, sehingga usai Rapat Pleno Terbuka yang diadakan oleh KPU Pamekasan masih berbuntut dengan berbagai ragam protes, bahkan ada praduga kecurangan yang terkesan oleh khalayak masyarakat Pamekasan adanya ketidakjujuran dan tidak terbuka semuanya seolah-olah ada kongkalikong antara pihak penyelenggara, bahkan ada dugaan kecurangan,” pungkasnya.
Reporter : Mery
Editor : Putut