KOTA MALANG – malangpagi.com
Keberadaan tiga bangku bersejarah bertuliskan Oosterhuis Bapak Tonko, Malang in Memory of, dan Johan Jan di Alun-Alun Tugu menarik perhatian masyarakat. Bangku dari balok batu andesit yang memiliki ukuran panjang 66 cm, tinggi 36 cm, dan lebar 44 cm tersebut berjajar rapi, tepat menghadap Balaikota Malang.
Salah satu ahli waris Tongko Oosterhuis, yakni Wim Oosterhuis, memberikan apresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang atas perhatian terhadap bangku-bangku kenangan tersebut.
Wim Oosterhuis, yang merupakan anak keenam dari pasangan Tongko Oosterhuis dan Alleta Toepa, mengatakan bahwa beberapa tahun yang lalu keluarganya mempersembahkan bangku taman kepada masyarakat Kota Malang, untuk mengenang masa-masa tinggal keluarga Oosterhuis pada 1941 hingga 1946.
“Ayah saya dan kakak tertua saya meninggal pada masa pendudukan Jepang, dan seorang anggota keluarga lainnya meninggal saat berlibur di Pulau Komodo. Kami sangat berterimakasih mendapatkan kesempatan untuk menempatkan bangku peringatan di Alun-Alun Tugu,” ucap Wim membuka cerita, Sabtu (30/9/2023).
Setelah sekian lama, Ia pun kembali ke Kota Malang dan berkunjung ke Alun-Alun Tugu. “Awalnya kami kaget melihat tempat tersebut dipagari layar putih. Kami khawatir semuanya dibongkar dan bangkunya juga dibuang. Namun betapa terkejutnya mengetahui bahwa bahwa bangku tersebut tetap berada di sana, dan kontruksi bangku tersebut mendapatkan posisi yang baik,” ungkap Wim.
Dirinya merasa beruntung dan senang, karena DLH Kota Malang memberikan perhatian dan menghargai keberadaan bangku-bangku tersebut. “Kami sangat berterimakasih kepada DLH Kota Malang. Kami yakin renovasi ini akan membuahkan hasil yang sangat indah dan bangku memori menjadi bagian istimewa dari keseluruhan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala UPT Pengelolaan Taman DLH Kota Malang, Teguh Santoso menyampaikan bahwa ketiga bangku yang penuh memori tersebut telah terlebih dahulu diamankan, sebelum dilakukan revitalisasi Alun-Alun Tugu.
“Saat ini, bangku-bangku tersebut sudah kami pasang dan kami tempatkan di bagian dalam Alun-Alun Tugu. Keberadaan bangku-bangku tersebut sudah kami sampaikan kepada Tim Ahli Cagar Budaya dan tidak masuk dalam Benda Cagar Budaya. Meskipun begitu, kami akan tetap menjaganya,” terang Teguh.
Pihaknya pun memberikan apresiasi kepada ahli waris Tongko Oosterhuis yang berkenan mengunjungi Alun-Alun Tugu, dan masih memberikan perhatian dari bangku-bangku yang penuh cerita itu. “Semoga keberadaan bangku-bangku tersebut dapat memberikan nilai edukasi, sejalan dengan keberadaan Tugu yang menjadi ikon Kota Malang dan sarat akan sejarah,” tandasnya. (Har/MAS)