KAB. MALANG – malangpagi.com
Selain wisata alamnya, Desa Selorejo yang terletak di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, juga terkenal sebagai daerah penghasil jeruk. Memang, mayoritas penduduk desa ini berprofesi sebagai petani jeruk.
Namun cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini membuat produksi jeruk di Desa Selorejo menurun, dan mempengaruhi harga jual di pasaran. Hal tersebut diungkapkan salah satu petani jeruk, Firman Dwi Efendi. “Harga jeruk tahun ini anjlok. Salah satu sebabnya adalah cuaca yang tidak menentu. Sehingga harganya tidak stabil dibanding tahun kemarin. Kalah di biaya produksi,” tuturnya kepada Malang Pagi, Selasa (11/7/2023).
Menurutnya, hasil panen tahun ini hanya 50 hingga 60 persen dari tahun-tahun sebelumnya. “Harga jeruk Baby (manis) sekarang di bawah empat ribu. Padahal biasanya musim begini mampu mencapai lebih dari itu. Kalau untuk jeruk Siem masih harga Rp10.000an dari petani. Sedangkan untuk jeruk 55 dari petani Rp8.000,” papar Firman.
Firman menyebut, tidak ada musim kemarau sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jeruk, bagi dari segi kualitas buah maupun jumlah panennya. “Melihat kondisi yang disebabkan alam ini, kami hanya dapat berharap kepada pemerintah, agar harga pupuk dan pestisida tidak mahal,” ucapnya.
“Harga pestisida terus naik. Padahal saat musim ekstrem seperti ini, petani jeruk harus sering melakukan pengompresan,” pungkas pria yang menjabat sebagai Kepala Seksi Pemerintahan (Kasipem) Desa Selorejo itu. (DK99/MAS)