KOTA MALANG – malangpagi.com
Museum Musik Indonesia (MMI) menggelar jumpa pers atas penyelesaian program FBK (Fasilitasi Bidang Kebudayaan) 2020, bertempat di Hotel Pelangi Kota Malang, Kamis (17/12/2020).
Dalam kesempatan tersebut, MMI juga meluncurkan Katalog Dokumentasi Sejarah Musik Populer Indonesia Tahun 1967-1978. Penerbitan katalog ini direalisasikan dari dukungan dana hibah FBK Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian dan Kebudayaan tahun 2020.
Ir. Hengky Herwanto, MM selaku Ketua MMI menyampaikan, pendokumentasian dilakukan dengan menghimpun artikel-artikel dari 200 majalah musik yang pernah terbit di kurun waktu 12 tahun. Selanjutnya, artikel-artikel tersebut disajikan secara digital di laman website MMI.
“FBK merupakan usaha dari pemerintah untuk membantu pembiayaan kegiatan para pelaku budaya, dalam rangka pemajuan kebudayaan Indonesia. Tahun 2020 ini, 2.000 proposal telah diterima. Dan yang berhasil lolos seleksi hanya sebanyak 129 proposal. Tiga di antaranya berasal dari Kota Malang,” tutur Hengky.
Hengky menjelaskan, proses pendokumentasian yang dilakukan MMI sebenarnya sederhana. Dimulai dengan menghimpun 200 edisi dari 8 majalah musik yang pernah terbirt di tanah air. Yaitu Diskorina (Yogya), Favorita (Surabaya), Paradiso (Surabaya), serta Junior, Star, Top, Varia Nada dan Vista (Jakarta). “Semua majalah tersebut saat ini sudah tidak terbit lagi,” terangnya.
Tahap selanjutnya adalah memindai (scan) halaman per halaman. Berikutnya semua halaman dalam satu edisi digabung dan dilengkapi dengan daftar isi, dan kemudian diunggah ke website MMI.
Untuk melengkapi pekerjaan ini, dibuat pula buku katalog yang dicetak terbatas. Katalog berisi gambar cover dan daftar isi setiap edisi majalah. Dilengkapi pula dengan story telling dari 8 majalah, serta petikan sejarah musik di Indonesia 1967-1978.
“Sebelumnya, pekerjaan sejenis telah dilakukan MMI untuk 200 edisi majalah Aktuil (Bandung) penerbitan 1967-1978. Pekerjaan ini terlaksana atas dukungan dana dari UNESCO melalui program MOWCAP (Memory of The World Committee Asia Pacific),” ujar Hengky.
Menurutnya, Kegiatan pendokumentasian ini merupakan ikhtiar awal untuk mengumpulkan tulisan-tulisan sejarah musik yang bertebaran di berbagai media. Ibarat sejarah di zaman kerajaan, barangkali ini dapat disamakan dengan upaya menghimpun naskah-naskah daun lontar yang berceceran.
Dipaparkan Hengky, kegiatan mentransformasikan koleksi museum dari wujud fisik ke wujud digital setidaknya memiliki tiga manfaat.
“Manfaat pertama adalah untuk pelindungan informasi agar tetap terjaga keberadaannya. Koleksi majalah yang berupa kertas sangat rawan terhadap kerusakan dan bisa hilang dalam sekejap apabila terjadi bencana kebakaran, banjir atau bencana alam lainnya,” paparnya.
“Manfaat kedua, daftar isi yang terdapat dalam laman MMI maupun katalog dapat menjadi bahan baku pangkalan data dalam sistem pendataan kebudayaan terpadu. Manfaat ketiga, informasi dapat diakses oleh masyarakat luas di seluruh wilayah dunia,” imbuh Hengky.
Pria berambut gondrong itu juga berharap, para pelaku budaya di Kota Malang bisa memanfaatkan program FBK tahun 2021. “Kesempatan terbuka tidak hanya untuk organisasi yang sudah berbadan hukum. Perorangan ataupun komunitas juga memiliki peluang yang sama untuk memperoleh bantuan Pemerintah,” tandasnya.
Reporter : Doni Kurniawan
Editor : MA Setiawan