KOTA MALANG – malangpagi.com
Universitas Brawijaya (UB) kembali mencatatkan momen bersejarah dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Kali ini, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Aulia Luqman perdana membimbing skripsi mahasiswa tunarungu di lingkungan universitas tersebut. Langkah ini tidak hanya menandai kemajuan signifikan dalam inklusi pendidikan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Ia menerima tanggung jawab sebagai pembimbing skripsi mahasiswa disabilitas tunarungu pertamanya, bernama Jauharah Haniyah, atau yang biasa dipanggil Hani yang merupakan mahasiswa angkatan 2020 asal Jakarta.
“Kami memiliki gaya pembimbingan yang berbeda-beda. Kalau Hermawan lebih suka bertemu langsung, sementara saya lebih sering menggunakan email. Semua pertemuan pembimbingan saya dilakukan melalui email. Baru jika ada keadaan darurat, kami bertemu langsung,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui whatsapp, Rabu (20/3/2024).
Aulia menjelaskan, Hani berhasil melaksanakan seminar proposal pada hari Selasa (19/3/2024). Saat presentasi, Hani dibantu oleh relawan dari Pusat Layanan Difabel (PSLD) untuk menerjemahkan isi presentasinya. Para hadirin seminar proposal tersebut adalah teman-teman Hani yang juga penyandang tunarungu.
“Ada sekitar enam atau tujuh orang yang hadir. Setiap kami memberikan komentar terhadap proposalnya, relawan dari PSLD membantu menerjemahkan kepada Hani dan rekan-rekannya,” serunya.
Aulia menyebutkan jika Hani mengambil topik skripsi tentang implementasi pendidikan inklusif di SDN 2 Dampit, Kabupaten Malang. “Sepertinya SDN 2 Dampit adalah satu-satunya sekolah di wilayah tersebut yang telah siap menerapkan pendidikan inklusif,” bebernya.
Ia mengatakan jika Hani mengakui keberhasilan kegiatan tersebut sangat tergantung pada bantuan dari relawan PSLD. “Tanpa adanya relawan, komunikasi akan menjadi sulit. Terutama jika pembimbingan dilakukan secara langsung,” lugasnya.
Ia juga membeberkan jika Hani dalam kemampuannya selama berbicara memang terbatas, tetapi tidak demikian dalam hal menulis. “Tulisannya cukup baik, walau secara struktur bahasa masih ada kekurangan di sana-sini. Misalnya, kalimat yang gak utuh (gak ada subyek atau predikatnya) bahkan predikat dobel, seperti di kalimat yang bertujuan untuk mengetahui menganalisis,” katanya.
“Karena itu, model pembimbingan saya melalui email cocok untuk diterapkan pada Hani. Alhamdulillah, juga jika Hani dapat memahami saran-saran saya secara tertulis. Saat ini, Hani adalah satu-satunya mahasiswa disabilitas yang aktif pada periode 2020-2023. Keberhasilan ini tidak hanya milik Budi semata, tetapi juga merupakan prestasi yang membanggakan bagi UB dalam memperjuangkan kesetaraan dan inklusi di bidang pendidikan,” serunya.
“Ini adalah langkah penting bagi saya dan UB dalam mengedepankan nilai-nilai kesetaraan dan inklusi di lingkungan akademis. Saya merasa terhormat dan bersemangat untuk membimbing Budi dalam menyelesaikan skripsinya. Saya yakin, prestasi Budi akan menjadi inspirasi bagi banyak orang dengan disabilitas di seluruh Indonesia,” sambungnya.
Dengan adanya pembimbingan skripsi mahasiswa tunarungu pertama ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya inklusi pendidikan semakin meningkat di kalangan perguruan tinggi dan masyarakat luas.
“Semoga apa yang dilakukan saya menjadi contoh yang memotivasi dan menginspirasi banyak lembaga pendidikan lainnya untuk mengambil langkah serupa dalam mendukung kesetaraan dan hak-hak semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang atau kondisi fisik. Langkah kecil ini dapat membawa perubahan besar menuju masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berempati terhadap keberagaman,” pungkasnya. (MK/YD)