
KOTA MALANG – malangpagi.com
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang memberikan dukungan penuh terhadap pengoperasian layanan Trans Jatim di wilayah Malang Raya. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah dengan mengintegrasikan angkutan kota (angkot) yang ada di Kota Malang sebagai feeder atau pengumpan bagi armada Trans Jatim.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Widjaja Saleh Putra mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyusun konsep pemanfaatan angkot sebagai bagian dari sistem transportasi terpadu. Konsep ini diharapkan dapat menjaga eksistensi dan daya saing angkot di tengah transformasi moda transportasi publik.
“Kami sudah membuat yang namanya kajian. Tapi masih konsep, ya. Nanti kami akan berdiskusi sedikit dengan para paguyuban sopir angkot di sini,” ujarnya, Selasa (11/6/2025).
Widjaja menambahkan, saat ini Dishub Kota Malang tengah mengkaji titik-titik lokasi strategis yang akan dijadikan sebagai titik pemberhentian feeder Trans Jatim.
“Peran angkot ke depan tidak hanya sebagai pendukung semata, melainkan bagian penting dalam sistem transportasi yang lebih efisien dan terintegrasi. Kami ingin yang seperti ini bisa dialihkan untuk mendukung sistem feeder,” terangnya.
Saat ini, Kota Malang memiliki 15 trayek angkot. Namun, tidak seluruh trayek tersebut aktif dan beroperasi optimal. Banyak armada yang mengalami kerusakan atau hanya beroperasi secara terbatas karena berbagai kendala teknis dan operasional.
“Dari 15 trayek angkot yang ada di Kota Malang, tidak semuanya hidup. Banyak kendaraan yang sudah tidak beroperasi maksimal, ada yang rusak, ada juga yang hanya jalan sesekali,” jelas Widjaja.
Ia mencontohkan trayek Arjosari–Gadang (AG) yang hanya memiliki tingkat keterisian atau load factor sekitar 30 persen, jauh dari angka ideal 70 persen yang diperlukan untuk efisiensi operasional angkutan umum.
Meski demikian, rencana integrasi angkot ke dalam sistem Trans Jatim mendapat respon positif dari para pengemudi angkot. Banyak di antara mereka melihat langkah ini sebagai peluang untuk meningkatkan pelayanan dan daya saing, khususnya di tengah persaingan dengan angkutan berbasis online.
“Kata kuncinya adalah mereka ingin berubah menjadi lebih baik. Ini kesempatan agar mereka bisa bersaing dan tidak tertinggal. Karena bagaimanapun kami harus pikirkan juga keberlangsungan mereka,” pungkasnya. (YD)