KOTA MALANG – malangpagi.com
Kedai Literasi Kayutangan (De Klik) adalah sebuah perpustakaan mini yang hadir di kawasan Kayutangan Heritage. Letaknya tepat di depan Optik Surya, Jalan Basuki Rahmat No. 45 Kota Malang, bangunan lawas dengan arsitektur kolonial.
Lapak kecil tersebut menyajikan puluhan buku sejarah, kebanyakan tentang sejarah Kota Malang, yang dipajang secara unik di atas sebuah sepeda onthel klasik.
Adalah Saiful Akbar, penggagas berdirinya De Klik, bercerita awal munculnya ide Kedai Literasi Kayutangan, agar kawasan heritage tersebut juga memiliki ruang untuk membaca dan berbincang santai.
“Jadi orang-orang yang jalan-jalan di Kayutangan dapat singgah untuk membaca buku. Utamanya buku sejarah Kota Malang,” ujar Saiful Akbar kepada Malang Pagi saat ditemui di De Klik. Minggu (20/2/2022).
Akbar mengungkapkan bahwa sejauh ini antusiasme pengunjung cukup tinggi. Meskipun baru digelar sebanyak tiga kali, De Klik kini mulai dikenal. “Alhamdulillah, respons pengunjung cukup baik. Meskipun kami baru buka 9 Februari lalu dan gelar sebanyak tiga kali, De Klik sudah mulai dikenal. Dukungan teman-temanm baik dari komunitas maupun pegiat literasi, mengalir deras,” bebernya.
De Klik hanya menggelar lapaknya sekali dalam seminggu, yakni setiap hari Minggu mulai pukul 14.00 WIB hingga 16.30 WIB.
Keberadaan De Klik ini tak luput dari pantauan Kasubid Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Malang, Agung H Buana.
Pihaknya melayangkan apresiasi dan menyebut bahwa De Klik merupakan upaya aktif para pegiat literasi, guna memberikan edukasi kepada masyarakat di kawasan Kayutangan.
“Sehingga masyarakat tidak hanya menikmati suasana koridor Kayutangan semata. Namun juga dapat memperoleh informasi, terlebih dalam pemaknaan literasi kesejarahan,” jelas Agung.
“Apalagi pegiat De Klik adalah teman-teman komunitas pegiat literasi sejarah, yang belajar dari foto lama dan dokumen arsip zaman dulu. Sehingga masyarakat pun dapat membayangkan kondisi masa lalu, dan membandingkannya dengan kondisi masa kini,” lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris TACB Kota Malang periode 2018–2020 itu.
Menurut Agung, yang seorang pecinta sejarah itu, kegiatan yang bersifat voluntary atau kesukarelaan patut diapresiasi. Karena lewat konsep yang disajikan De Klik, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar juga dapat dilakukan di ruang publik, seperti Kayutangan.
Kepada Malang Pagi, Agung menuturkan bahwa De Klik dapat melakukan diskusi rutin dengan membahas tema-tema heritage, sebagai sarana edukasi bagi masyarakat.
“Harapannya, apa yang dilakukan oleh Bapak Saiful Akbar bersama rekan-rekan melalui De Klik, dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk memajukan literasi dengan segala upaya. Sekaligus bagi pemangku kepentingan dapat menambah ruang-ruang publik lainnya sebagai pusat literasi masyarakat. Karena majunya sebuah kota ditentukan oleh tingkat literasi masyarakatnya,” tegas Agung.
Apresiasi serupa disampaikan Ratna Arya, anggota Asosiasi Museum Indonesia (AMIDA), yang mengaku dapat menikmati koridor Kayutangan sambil belajar sejarah Malang.
“Ini keren. Menikmati Kayutangan nggak hanya berswafoto. Tapi di De Klik ini kita bisa belajar, diskusi, dan saling mengisi,” ucap Ratna.
Perempuan yang aktif dalam bidang Cagar Budaya itu menyarankan De Klik dapat dikembangkan, dan buku-buku tentang Malang perlu ditambah. “Koleksi buku-bukunya perlu ditambah. Untuk suasana, cukup begini aja. Nggak perlu wah. Sederhana. Apa adanya tapi bermanfaat,” sarannya.
Dukungan juga datang dari pentolan Komunitas Malang Old Photo, Arief DK, yang memandang De Klik memiliki sebuah kekhasan dan alternatif wisata Kayutangan. “Tetaplah berkibar apa adanya seperti sekarang. Less is more. Justru yang sederhana itu punya nilai lebih dan khas,” pungkas Arief. (Har/MAS)