
KOTA MALANG – malangpagi.com
PW RMI (Ribithoh Maahid Islamiyah) NU, Jawa timur bertempat di PP Sabilur Rosyad Gasek, Kota Malang yang diasuh Romo Kyai Haji Marzuki Mustamar, Selasa (29/1/2019) gelar acara liwetan akbar.
Sedangkan digelarnya acara tersebut, bertujuan untuk menjalin silaturahmi para santri dan gus serta para kyai antar pondok pesantren seluruh Jawa Timur dari semua lintas generasi. Dan, acara ini dihadiri lebih dari 2000 peserta dari seluruh pondok pesantren NU se Jawa Timur.
Disampaikan Gus Zaky Hadziq, Ketua PW RMI Jatim, bahwa acara ini akan diselenggarakan secara berkala agar terwujud silaturahmi antar pondok pesantren se Jawa Timur, terlebih saat ini pada tahun politik yang berpotensi untuk mengadu domba antar umat sangat besar sekali.
“Pesantren sebagai institusi yang besar dan tumbuh di masyarakat diharapkan mampu meredam dan mendinginkan suasana, agar tidak terjadi perpecahan hanya gara gara perbedaan pilihan politik,” kata Gus Zaky, Selasa (29/1/2019).

Sementara, tuan rumah KH Marzuki Mustamar, mengatakan bahwa kesepakatan bentuk negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah final. Kenapa para pendiri NU yg notabene adalah pendiri bangsa ini menyepakati bentuk negara NKRI, karena memang yang sesuai untuk Indonesia adalah NKRI mengingat indonesia terdiri dari bebrapa agama dan ribuan suku.
“Apakah bentuk NKRI itu bertentangan dengan syariah Islam, tentu tidak. Karena kalau melihat dari dasar negara yaitu Pancasila sudah sesuai dengan nilai Islam ahlis sunnah waljamaah annahdliyyah dalam hal ini NU,” tandas Kyai.
Kalau ada yang mengatakan bahwa NKRI itu bertentangan dengan syariah Islam yg dibuktikan dengan tidak bisa diterapkannya hukum Islam, misalnya qishos dan rajam, menurut Kyai Marzuki, bahwa para kyai NU tidak melawan syariah. Tetapi, kyai-kyai berpendapat bahwa hukum tersebut tidak bisa diterapkan di Indonesia karena situasi tertentu.
“Rasulullah pun pernah melakukan itu ketika orang khandaq, situasi perang akhirnya rasulullah tidak bisa melakukan sholat Ashar. Pas diwaktu Ashar, tapi melaksanakannya diwaktu maghrib,” jelas dia.
“Apakah rasulullah bisa dikatakan menentang syariah, tentu tidak. Rasulullah tidak bisa melaksanakan syariah, karena ada situasi tertentu yaitu sedang melakukan pertempuran di perang khandaq,” pungkas Kyai.
Seperti diketahui, acara ini diakhiri dengan makan bersama nasi liwetan dan makan ditalam atau nampan bersama sama, dari panitia sudah mengeluarkan 500 talam padahal 1 talam bisa dimakan 4 orang jadi kalau ditotal jumlahnya ada 2000 jamaah.
Reporter : Red
Editor : Putut