KOTA MALANG – malangpagi.com
Dalam rangka memperingati Hari Sungai Nasional (27 Juli), Forum Komunikasi (Forkom) Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang menyelenggarakan Festival Kali Brantas #2. Perhelatan ini dimulai dengan ritual Petik Tirto Amerto di Titik Nol Sumber Brantas Kota Batu, Jumat (21/7/2023) lalu.
Adapun hari kedua Festival Kali Brantas#2 digelar di Kampung Keramik Dinoyo, mengusung tajuk Kenduren Kali Brantas, Minggu (23/7/2023). Sebelum kenduren dilaksanakan, warga bersama Pokdarwis Kampung Keramik mengarak tumpeng Kali Brantas, dari Pabrik Keramik menuju Jalan MT Haryono. Kemudian kembali masuk ke Kampung Keramik menuju ke tepi Kali Brantas, diiringi selawat yang dilantunkan Hadrah Ortu Nada. Selanjutnya, iring-iringan melewati jembatan bambu untuk kemudian melangsungkan Kenduri Kali Brantas.
Isa Wahyudi alias Ki Demang mengemukakan, Kenduren Kali Brantas merupakan wujud syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, agar manusia tidak lupa menjaga kelestarian alam, terutama sumber Kali Brantas yang merupakan salah satu titik peradaban yang ada di Jawa Timur.
“Kali Brantas melintasi 14 kota kabupaten, dan Kota Malang adalah adalah salah satunya. Di sini banyak sekali peradaban yang ditinggalkan, sejak zaman Mpu Sindok, Kanjuruhan, Singosari, bahkan Majapahit. Semuanya berasal dari Kali Brantas,” terang Ki Demang.
“Oleh karena itu, peringatan Hari Sungai Nasional yang diselenggarakan di Kampung Keramik Dinoyo adalah sebagai pertanda rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa,” tegasnya.
Lebih lanjut, budayawan Kota Malang itu membeberkan ubo rampe yang salah satunya menyajikan bunga tujuh warna, yaitu sebagai simbol tujuh Kampung Tematik di Kota Malang, yang turut serta memeriahkan Festival Kali Brantas tahun ini.
“Selain itu ada jenang palang dalam tujuh warna, yang mengandung makna agar kegiatan ini tidak ada yang menghalangi. Ada pula jenang sandikolo, agar kita semua mendapat berkah dari Tuhan yang Maha Esa,” sambungnya.
Tidak hanya itu, ada pula Bunga Panca Warna yang melambangkan sedulur papat lima pancer, sebagai tanda bahwa kehidupan berkumpul dari empat arah mata angin, yaitu utara, selatan, timur, dan barat. “Itu merupakan titik kehidupan manusia. Adanya cok bakal kita semuanya menyatu dengan alam, dan kita memberikan suguh (sajian) kepada alam agar bersatu dengan kita,” jelas Ki Demang.
Apresiasi terhadap kegiatan ini pun disampaikan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kota Malang, Baihaqi. “Kegiatan ini dipusatkan di tujuh titik Kali Brantas yang membelah Kota Malang. Yaitu Kampung Keramik Dinoyo, Kampung Gerabah Penanggungan, Kampung Putih Klojen, Kampung Biru Arema, Kampung Tridi Kesatrian, Kampung Warna-Warni Jodipan, dan Kampung Lampion Jodipan,” urai Baihaqi.
“Untuk itu, kami memberikan penghargaan dan apresiasi kepada seluruh Pokdarwis Kota Malang, terutama Pokdarwis Kampung Keramik Dinoyo. Mudah-mudahan kegiatan ini terus dilangsungkan dan diistikamahkan, sebagai event tetap yang diselenggarakan tiap tahun,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Pokdarwis Kampung Keramik Dinoyo, Syamsul Arifin, menyampaikan bahwa pihaknya butuh dua hari dalam mempersiapkan gelaran ini. Di antaranya dengan membersihkan sungai dan membuat umbul-umbul. “Termasuk semalam suntuk membuat tumpeng yang akan diarak dengan hiasan kembar mayang,” ungkapnya.
Dalam rangkaian acara hari itu, dilakukan ujub sesajen dan umbul doa serta potong tumpeng yang dipimpin oleh Ki Supriono, seorang dalang sekaligus guru tari Kampung Budaya Polowijen. Berikutnya, Ki Demang meletakkan sesaji di atas sebuah batu yang berada di tengah sungai. Rangkaian acara sakral tersebut berlangsung dengan khidmat.
Kegiatan Festival Kali Brantas#2 juga dimeriahkan dengan Lomba Mewarna Keramik dan Workshop Keramik Dinoyo, disertai Ngopi Bareng di kafe Andap Ashor, yang terletak di tepian kali Brantas. (Har/MAS)