KOTA MALANG – malangpagi.com
Puluhan orang yang tergabung dalam komunitas Ngaji Budaya Ngaji Cangkrukan mendatangi Balaikota Malang, guna mengikuti audensi bersama Walikota Malang dan dinas terkait, Senin (21/2/2022).
Kedatangan komunitas ini bertujuan mendesak Pemerintah Kota Malang untuk menunjukkan karakteristik bangsa, dengan memasukkan pendidikan yang mengandung muatan lokal (mulok) ke dalam kurikulum nasional.
Perwakilan komunitas Ngaji Budaya Ngaji Cangkrukan, M Safril menyampaikan bahwa audensi yang digelar kali ini masih merupakan tahap awal. Nantinya akan dilakukan pembentukan sebuah tim kecil.
“Setelah ini kami akan menggelar audensi dengan DPRD Kota Malang, Rabu (23/2/2022). Agendanya membahas kejelasan terkait payung hukum. Agar mulok dapat dimasukkan ke kurikulum kan minimal harus ada payung hukum, ada perdanya,” jelasnya.
Menurut pria yang biasa memakai nama Caping itu, setelah ada payung hukum, secara teknis diharapkan dapat berjalan lebih cepat.
Audensi kali ini mengusung tiga poin. Yaitu memasukan mulok ke kurikulum pendidikan di sekolah, membuat sekolah budaya, dan mencari kampung tematik khas budaya Malangan.
Salah satu yang ingin diwujudkan oleh komunitas ini adalah roh di dalam budaya. “Roh di dalam budaya itu sendiri selaras dengan visi misi Ngaji Budaya Ngaji Cangrukan, yakni memanusiakan manusia. Nantinya akan dibentuk tim kajian,” tandasnya.
Di kesempatan yang sama, Walikota Malang Sutiaji menyambut positif terkait materi yang diusung dalam audensi. Dirinya pun mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun Kota Malang.
“Apa yang disampaikan dalam audensi sama dengan visi misi kami. Pembangunan karakter bangsa menjadi prioritas. Jati diri harus dikuatkan, bagaimana intinya memanusiakan manusia,” ujar Sutiaji.
Poin-poin yang disampaikan komunitas Ngaji Budaya Ngaji Cangrukan diyakini secara normatif akan menjadi harapan anak di usia emas. Sutiaji mengaku dirinya sudah merasakan kegelisahan ini cukup lama. Oleh karena itu Ia menegaskan harus segera terjadi pembenahan.
“Kita bangsa Indonesia kan terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, agama, dan kepercayaan. Namun hingga detik ini kita mampu bersatu. Pada intinya harus saling menghormati satu sama lain. Semoga para generasi muda memiliki jati diri bangsa,” pungkasnya. (DK99/MAS)