KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Nama Chintya Candranaya beberapa bulan belakangan menjadi topik hangat di kalangan penggemar olahraga beladiri.
Bagi yang belum kenal, Chintya Candranaya adalah seorang youtuber yang kerap mengunggah konten video beladiri silat di Youtube dan Instagram. Hingga detik ini, channel Youtube Chintya telah memiliki 1,36 Juta subscibers.
Dunia beladiri di media sosial memanas, setelah salah satu video Cynthia dianggap menyinggung atlet mixed martial arts (MMA).
Sontak hal tersebut mengundang protes dari sejumlah atlet MMA, di antaranya Thodorus Ginting, yang merupakan juara di event MMA besutan salah satu televisi swasta nasional.
Meskipun kemudian video yang dianggap menyinggung MMA tersebut telah dihapus, namun tak dapat dihindari, kasus ini merembet ke video-video milik Chintya lainnya yang dianggap mengandung unsur pembohongan.
Banyak praktisi beladiri lantas melayangkan komentarnya terkait kisruh ini. Salah satunya dari legenda Judo Indonesia, Krisna Bayu yang juga tak ketinggalan angkat bicara.
“Kalau buat saya, cara memandang seorang champion, adalah jika ada seseorang membuat kesalahan yang kita kritisi jangan personnya. Sebagai orang beladiri, harus melihat permasalahannya dari segi sport sciencenya,” ujar Bayu di acara workshop bertajuk “Optimalisasi Prestasi Cabang Olahraga Beladiri,” Minggu (18/10/2020).
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Sambo Indonesia (PP Persambi) tersebut berpesan, sebagai praktisi beladiri, seharusnya yang dikritisi adalah letak kesalahannya, bukan orangnya. “Jangan setiap orang berbuat kesalahan, lantas kita keroyok. Yang elegan lah,” serunya.
“Jika yang bersangkutan sudah meminta maaf secara publik, mau diterima atau enggak, kita sebagai seorang champion, harus berani mengucapkan ‘you are excellent’,” tegas atlet yang pernah membawa nama Indonesia di tiga Olimpiade itu.
Dalam acara yang bertempat di Rachman Club Gulat, Jalan Pahlawan Bajuri, Pakisaji, Kabupaten Malang tersebut, Bayu menjelaskan, bahwa hal tersebut yang membuat seorang praktisi beladiri layak disebut seorang patriot. Menurutnya, patriot tidak hanya berprestasi di arena saja, namun juga dalam kehidupan di masyarakat.
“Juara itu tidak arogan di luar arena. Juara itu bisa menata diriya dengan baik. Bisa berkomunikasi dengan baik, terbuka dengan semua orang, dan bisa menghargai sesama,” tutur pria kelahiran Semarang itu.
“Tetapi, jika Anda hanya ingin pendapat Anda saja yang didengar, maka Anda arogan. Anda tidak pantas disebut sebagai seorang juara. Jangan menggunakan kemampuan fisik kita untuk mengintimidasi,” tandas Bayu.
Reporter : MA Setiawan
Editor : Redaksi