KOTA MALANG – malangpagi.com
Puluhan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang menggelar doa lintas agama untuk memperingati 17 tahun meninggalnya aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir Said Thalib pada 7 September 2004.
Acara yang digelar di Bundaran Universitas Brawijaya pada petang hari ini diikuti puluhan mahasiswa Fakultas Hukum UB yang sebagian di antaranya mengenakan topeng bergambar wajah Munir. Mereka menuntut negara untuk hadir memberikan keadilan kepada keluarga korban.
Kahfi Inzagi selaku perwakilan BEM Fakultas Hukum (FH) UB mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki tanggung jawab secara moral, karena almarhum Munir adalah alumnus FH UB. Bahkan saat ini anak perempuannya, Diva juga menempuh kuliah di fakultas yang sama.
“Acara ini memperingati 17 tahun kematian Cak Munir. Secara umum, kasusnya ditangani secara hukum pidana, maka ada masa kadaluwarsanya. Yaitu pada 2022,” jelas Kahfi.
“Padahal ini merupakan pelanggaran HAM berat. Kami mendesak pemerintah agar berkomitmen konkret mengusut tuntas kasus ini,” tambahnya.
Kahfi berharap negara hadir dan menjawab hak warga negara. “Tuntutan mahasiswa jelas. Yaitu memberi keadilan bagi keluarganya. Jika tidak, maka kasus Munir akan ditutup dan tidak terungkap. Termasuk aktor intelektualnya,” tegasnya.
Untuk mewujudkan tuntutannya terhadap peristiwa yang dikenal sebagai September Hitam itu, BEM FH UB akan berkoordinasi dengan sejumlah elemen kemahasiswaan lainnya untuk menggalang aksi solidaritas yang lebih besar.
Aksi tersebut bisa berupa menggelar ruang diskusi bersama pemerintah dan Non-Governmental Organization (NGO), agar dapat melakukan eksaminasi putusan yang pasti. (Yoga/MAS)