
KOTA MALANG – malangpagi.com
Beladiri Taekwon-Do saat ini termasuk cabang olahraga yang memasyarakat di Indonesia. Namun dari sekian banyak praktisi beladiri asal Korea ini, tak banyak yang mendengar nama Harno Omar (Ong Hock Hua).
Padahal, pria kelahiran Medan, Sumatra Utara, 17 Desember 1948 itu adalah sosok penyandang sabuk hitam Taekwon-Do pertama di tanah air. Selain itu, Harno Omar juga tercatat sebagai pemegang mandat pertama dari pencipta Taekwon-Do, Jenderal Choi Hong Hi, untuk menyebarkan beladiri tersebut di Indonesia.
Tak hanya itu, Harno Omar juga merupakan pendiri organisasi Taekwon-Do pertama di Indonesia, yaitu Persatuan Taekwon-Do Indonesia (PTI), yang didirikan di Medan pada 1973, dengan Ketua Umumnya saat itu adalah Brigjen (Pol) Mustafa Gandasubrata.

Namun sayang, Harno tidak sempat meyaksikan beladiri yang dicintainya tersebut berkembang pesat hingga saat ini. Ia meninggal di usia muda, 26 tahun, di Michigan, Amerika Serikat. Menurut informasi dari keluarga, Harno meninggal karena sakit saat sedang mempersiapkan kenaikan tingkat ke Dan III. Dirinya dikabarkan terinfeksi wabah nyamuk Michigan, yang melanda wilayah bagian tengah negeri Paman Sam itu.
Hari ini, 6 September 2022, insan Taekwon-Do di Indonesia mengenang tepat 47 tahun kepergian Harno Omar. “Peran beliau sangat penting, dan patut dikenang. Tanpa jejak yang ditorehkan Harno Omar, kita mungkin tidak akan bisa melihat beladiri ini menjadi sangat populer di tanah air seperti sekarang ini,” terang Meta Andri Setiawan, Ketua Umum ITF Malang Taekwon-Do kepada Malang Pagi, Selasa (6/9/2022).
Menurutnya, jika Harno Omar masih hidup, bisa jadi Ia akan menjadi tokoh kuat untuk mempertahankan eksistensi PTI di Indonesia. Taekwon-Do aliran ITF (International Taekwon-Do Federation) diketahui sempat ‘dilarang’ keberadaannya di Indonesia pada pertengahan 80an, imbas gejolak geopolitik yang terjadi di Korea Selatan.

Sejak saat itu, pemerintah melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) membatasi penyebaran Taekwon-Do aliran ITF, dan memutuskan hanya mengakui Taekwondo aliran WTF (World Taekwondo Federation). “Di era itu, banyak praktisi ITF yang berlatih sembunyi-sembunyi, pindah ke WTF, bahkan tak sedikit yang gantung sabuk,” tutur Meta, yang pernah menulis buku tentang sejarah Taekwon-Do di Indonesia.
Namun, sejak reformasi, Taekwon-Do ITF pun mulai berani kembali unjuk gigi. “Saat ini ITF sudah banyak tersebar di berbagai daerah di bawah naungan ITF Indonesia Taekwon-Do, dan memiliki lebih dari 2.000 anggota. Selain Jawa Timur, terdapat Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jambi, Kaltim, Kalteng, Sulut, dan Sulteng,” beber Meta.
“Di Kota Malang sendiri, sejak berdiri pada 2017, ITF Malang Taekwon-Do telah memiliki sekitar 200 anggota,” lanjut pria yang menekuni beladiri asal Korea itu sejak 1988.

Sementara itu, Suginto Ong, adik almarhum Harno Omar, melayangkan apresiasi kepada ITF Indonesia Taekwon-Do, karena masih mengenang Harno Omar, dan bahkan menobatkannya sebagai Bapak Taekwon-Do Indonesia.
“Kami selaku keluarga Harno Omar merasa terharu, karena insan Taekwon-Do di Indonesia masih mengingat dan mengenang beliau. Harno Omar begitu mencintai beladiri ini, dan mengembangkannya dengan tanpa pamrih,” ucapnya kepada Malang Pagi.
Kenangan terhadap almarhum Harno Omar turut disampaikan oleh Grand Master Nick Donato asal Australia. “Saya ingat GM Onopa [Grand Master Joe Onopa, founder Taekwon-Do Kwan Bop Do] menunjukkan sebuah foto, dan menceritakan tentang temannya yang meninggal di usia muda. Ini pasti pria itu [Harno Omar] yang datang bersama bersama GM Choi Kwang Jo [salah satu Grand Master ITF],” tulisnya melalui pesan singkat.
Pada akhir tahun lalu, ITF Taekwon-Do Indonesia juga mencanangkan hari kelahiran Harno Omar sebagai Hari Taekwon-Do Indonesia, yang diperingati setiap 17 Desember. (Red)