KOTA MALANG – malangpagi.com
Pemilihan Umum (Pemilu) dengan pemilihan Presiden, DPR, DPRD 1, DPRD II dan DPD telah usai. Saat ini kita dihadapkan untuk menyongsong Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) serentak yang akan dihelat 27 November 2024 mendatang.
Sebagai upaya memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Kota Malang. Ahmad Farih Sulaiman atau akrab disapa Gus Farih Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) periode 2019 hingga 2024 menggelar acara bertajuk Nokat Gus Farih Mbahas Masa Depan Kota Malang.
Kegiatan yang berlangsung di Rumah Relawan Keberagaman, Jalan Bogor No 1 Kota Malang ini merupakan wadah untuk memberikan pendidikan politik bagi masyarakat Kota Malang dan sebagai ajang untuk berdiskusi tentang kondisi Kota Malang ke depannya.
“Kami coba dengan branding Nokat atau Takon yang berarti bertanya. Kami ramu dengan gaya Malangan. Dalam forum ini, bisa tanya apa saja terkait Kota Malang ke depan,” ungkap Gus Farih kepada awak media. Senin (8/4/2024).
Ketua GP Ansor Kota Malang ini tidak menampik jika Nokat Gus Farih adalah strategi politik untuk menarik massa agar dirinya dapat melenggang ke Balaikota Malang. “Maju iya, sudah ada komunikasi dan secara prinsip partai mempersilahkan pada seluruh kader-kadernya untuk mencalonkan diri sebagai N1. Tentunya dengan beberapa catatan,” tutur Sekretaris DPC PKB Kota Malang periode 2021 hingga 2025 tersebut.
“Saat ini yang kami lakukan adalah membranding diri dan membranding partai. Karena pendaftaran Calon Walikota masih Bulan Agustus 2024 sehingga masih prematur untuk berbicara Visi Misi,” imbuhnya.
Tidak dipungkiri acara yang dikemas dalam balutan Buka Bersama ini merupakan langkah awal menampung aspirasi masyarakat dan hasil dari Nokat Gus Fahri dapat menjadi ide untuk menelurkan Visi Misi. “Banyak yang ingin kami sampaikan karena saat ini Kota Malang masih adem-adem saja. Butuh pemanasan untuk menjadikan Kota Malang lebih baik ke depannya, sehingga dalam forum diskusi ini kita dapat berdiskusi,” terang pria yang mengenyam pendidikan S3 Manajemen di Universitas Negeri Malang.
Diakuinya, Nokat Gus Fahri yang perdana ini, secara khusus mengundang awak media sebagai bentuk merangkul jurnalis dan diharapkan dapat memberikan informasi kepada publik tentang pencalonan dirinya untuk maju menjadi orang nomor satu di Kota Malang.
Politikus dari Dapil Lowokwaru ini pun menambahkan bahwa Nokat Gus Fahri ini tidak akan berhenti pada sesi pertama saja, namun akan ada sesi-sesi berikutnya yang akan di gelar setiap bulan dengan. “Saat ini kami yang menjawab pertanyaan, bisa jadi untuk pertemuan berikutnya kami yang akan bertanya tentang aspirasi, usulan atau apapun dari para audiens demi masa depan Kota Malang,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Wahyu Eko Setiawan selaku Moderator dalam kegiatan tersebut. Sam Wes panggilan karib dari pria yang hobi membaca tersebut menyampaikan apresiasi atas keberanian Gus Farih untuk mengadakan acara semacam ini.
“Saya acungi jempol bagi Gus Farih karena memandang jurnalis adalah sebagai mitra strategis. Ini adalah kemajuan mindset. Gebrakan yang cukup berani dari seorang yang mencalonkan diri sebagai Walikota. Apalagi acara ini disiarkan langsung melalui kanal YouTube. Pastinya apa yang disampaikan tidak bisa diedit. Ini luar biasa,” papar Sam Wes.
Menurut Sam Wes, wartawan adalah ujung tombak dalam memberikan edukasi dan sosialisasi untuk membangun Pemilu yang sehat dan benar-benar mengedepankan rasionalitas. “Bukan politik uang. Posisi wartawan itu dipercaya masyarakat bagaimana teman-teman media dapat menyampaikan syiar tersebut kepada masyarakat,” terang pendiri Komunitas Sinau Embongan ini.
Baginya, acara yang diinisiasi oleh Relawan Keberagaman merujuk dari Kota Malang yang beragam. “Jadi yang menentukan wajah Kota Malang itu tidak hanya orang yang ber-KTP Malang semata namun juga perantauan yang tinggal di Kota Malang namun belum memiliki KTP Kota Malang dan dengan segala keanekaragaman nya,” tutur Sam Wes.
Kegiatan ini pun mendapatkan dukungan dari Arief Wahyudi, anggota legislatif dari PKB. Dalam pandangannya saat ini, Kota Malang dalam situasi carut marut. Maka, diperlukan seorang pemimpin yang berani yakni orang yang mempunyai Visi Misi untuk Kota Malang lebih baik lagi. “Keberanian itu harus ada dari seorang pemimpin. Hingga saat ini masalah Pasar yaitu Pasar Blimbing dan Pasar Besar belum ada penyelesaian. Banjir dan kemacetan adalah masalah klasik yang belum ada titik temu. Harapan kami Pasar Tradisional harus tetap ada. Hanya kemampuan di dalam memasarkan harus mengarah ke digitalisasi,” tutur Arief Wahyudi.
“Insyaallah, semua akan clear. Kami berharap tahun 2024, PKB memunculkan tokoh yang pasti mengerucut pada satu nama. Semoga Gus Farih yang akan terpilih. Masih muda dan Ia adalah Ketua Ansor Kota Malang. Kami mendukung,” seru politikus dari Dapil Klojen tersebut
Dalam kesempatan tersebut, Arief Wahyudi pun memberikan masukan kepada Gus Farih untuk membangun komunikasi bersama warga masyarakat Kota Malang. “Bagi kami, karakter dan budaya Malangan hilang dari Kota Malang. Bangunlah komunikasi!, karena orang Malang suka diajak berkomunikasi. Dari sini, kita akan mendengar solusi-solusi yang ditawarkan karena memang Kota Malang ini gudangnya orang pintar, kreatif dan pakar dari segala bidang,” saran Arief Wahyudi.
Acara Nokat Gus Farih yang disertai hujan deras. Berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para jurnalis mulai dari masalah banjir, kemacetan, lingkungan, pendidikan hingga pertanyaan memanas ke arah politik. Dijawab secara lugas oleh Gus Farih. (Har/YD)