
MALANG – Malangpagi.com
Suasana bersih, nyaman serta menu-menu unik tersaji di “Omah Kare”. Dari nama tempat juga terdengar ditelinga sangat unik. Semua itu tak lepas dari saling support antara ayah dan anak.
Pemilik usaha Omah Kare, yang juga seorang pengusaha milineal, Pramudito Putra Virmansyah dan ayahnya Yusron Virmansyah.
Dito sapaan akrab Pramudito Putra Virmansyah mengatakan, bahwasanya menu andalan di Omah Kare terdiri dari tiga macam kare, yakni shinta, rama, dan rawana.
“Kalau kare shinta terdiri dari nasi dan sayur, kare rama terdiri dari nasi, sayur, ayam. Lalu kemudian, kare rawana terdiri dari nasi, sayur, ayam, dan kopi pujangga. Kalau minuman khasnya kopi pujangga. Kebetulan hari ini, juga ada menu baru yaitu ayam geprek dan ayam rica -rica,” katanya kepada malangpagi.com, (20/7/2020).
Segment atau pangsa pasar pengunjung, kebanyakan dari kaum millenial. Disini tersedia menu -menu untuk komunitas, harga pun sangat terjangkau. Nama cafe omah kare dan menu-menu punya ciri khas adat budaya jawa. Hal unik lain akan kita jumpai pada menu minuman. Semisal kopi pujangga, stopan merah (perpaduan teh merah, dan stopan hijau (perpaduan teh hijau).

Mahasiswa jurusan hukum ini menjelaskan, kare ditempatnya, kare tersebut berasal dari negara Jepang.
“Ciri khasnya banyak dari kunyit. Pelayanan pemesanan ini dapat menggunakan aplikasi gojek, grab, dan go sen. Untuk jam operasionalnya, kami buka mulai Senin hingga Minggu. Yakni mulai pukul 08.00 hingga 21.00 WIB. Kalau printing operasional, sampai sampai hari Jumat,” terang dia,saat ditemui usai launcing Omah Kare.
Ditempat yang sama, Dito juga membuka usaha yang dinamai Dinasty SAE yang bertujuan, untuk asimilasi dan edukasi masyarakat.
“Jadi kedepannya, napi yang sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), bisa langsung kerja. Disini juga menerima jersey, banner, panduk, dan lain-lain. Alhamdulillh, kemarin dapat pesanan 10.000 sampai 15.000 banner, terkait dengan Covid-19 dari Polres Malang dan Kodim,” ungkap dia.
Ayah kandung Dito, Yusron Virmansyah menambahkan, bahwa sejak awal dirinya mendidik untuk jujur, serta mandiri dengan tujuan utama agar tidak merepotkan orang tua.
“Termasuk yang paling utama membantu sesama. Motivasinya kami berharap, agar ketika Dito pensiun bekerja saat berusia 45 tahun, serta menikmati hasil kerja. Sehingga, usaha biar diteruskan anaknya. Kunci kesuksesan ialah, selaku tetap rendah hati dan tidak sombong.
Kesuksesan harus diraih dengan doa dan kerja keras,” pesannya.
Sekadar diketahui, salah satu pemilik klinik di Kabupaten Malang ini juga menceritakan, pernah jatuh bangun. Namun, kemudian dapat bangkit lagi, terkait dengan kisah perjalanan hidup dan usahanya.
Pewarta: Doni
Editor: Tim Redaksi