KOTA MALANG – Malangpagi.com
Batik dikenal punya cirikhas tersendiri karena pengelohannya diproses dengan cara tertentu. Batik sendiri merupakan kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerapkan malam pada kain itu. Batik sendiri merupakan budaya warisan leluhur, tentu kita semua harus menjaga dan melestarikan.
Hal inilah yang mendasari Tithek Tenger bekerja sama dengan LKP (Lembaga Kursus Pelatihan) mengadakan pelatihan membatik, bertempat di Jalan Terusan Ijen, Pasar Seni Bareng, Kelurahan Bareng,Kecamatan Klojen, Kota Malang , Minggu 12 Juli 2020.
Founder Tithek Tenger Djoko Rendi menjelaskan, ini salah satu program yang berkesinambungan untuk Titiek Tenger khususnya di Pasebar. Dari hasil karya pelatihan nantinya akan dipajang di Pasebar. Salah satu tujuan pelatihan, memberi wawasan sesorang untuk berdikari,”tandasnya .
Salah satu tokoh budaya ini juga menyampaikan, kedepannya dari pihak pasar telah menyiapkan stand-stand khususnya untuk kerajinan. Sehingga bisa bermanfaat bagi pengrajin dan bisa meramaikan pasar sesuai program – program yang disiapkan,”tuturnya.
Pihaknya juga menyebutkan, tentu nanti ada pelatihan – pelatihan kesenian yang lain. Titiek Tenger sendiri sebagai wadah pengerajin seni berpegang teguh konsep dari kita untuk kita.
Sebelum dilakukan pelatihan dan giat yang lain, Pasebar sendiri sudah steril dengan dilaksanakan penyemprotan disinfektan oleh pihak JKJT (Jaringan Kemanusian Jawa Timur). Meski demikian penerapan protokol kesehatan Covid-19 dan physical distancing tetap dilaksanakan. Jumlah kapasitas tiap peserta pelatihan pun di batasi sesuai imbauan Pemerintah Kota Malang terkait Covid-19.
Pria yang gemar bermain pecut /cimeti ini juga mengatakan, Malang sendiri belum memiliki batik khas Malangan. Ia berharap kedepannya Malang punya batik khas Malangan,dan tentunya harus dengan kesepakatan bersama ,”tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Instruktur Batik yang juga Assesor Batik Yuarsita menjelaskan, di Indonesia itu ada macam – macam asesor dari Dinas Pendidikan dan Balai Lantihan Kerja (BLK) Singosari. Kalau kami dari Lembaga Khusus Sertifikasi Batik (LKSB) dan satu satunya di Indonesia kantornya cuma di Semarang. Kebetulan waktu itu kami ditunjuk mewakili di Kota Malang, kurang lebih ditugasi 2-3 kali sertifikasi,”tandasnya.
Ia berharap, dengan adanya LKP (Lembaga Kursus Pelatihan) ini, bagi semua lulusan yang berminat jadi profesi pembatik bisa ikut uji kompetensi. Terkait tempat bisa di Pasebar, namun ada syarat dan ketentuan dari pusat. Meski Malang bukan kota batik tapi minat warga masyarakat untuk jadi pembatik luar biasa.
Batik sendiri ada 3 (batik tulis, batik cap, dan kombinasi antara batik tulis dan cap), jadi sepengetahuan kami banyak orang awam yang tidak tahu batik itu apa. Semisal kalau ada gambar printing, itu bukan batik. Namun untuk di Kota Malang motif batiknya harus kesepakatan bersama atau riset, selama ini batik Malang itu icon/tematik, salah satunya topeng. Tugu juga termasuk merupakan icon,”ungkapnya.
Ia juga menambahkan, jadi kesimpulannya ciri khas batik Malang belum muncul, untuk memunculkan itu semua diperlukan kekompokan semua pihak, khususnya pembatik dan edukasi. Sering kita jumpai orang mengenakan batik tapi yang membuat bukan orang Malang asli, sehingga dengan ikut pelatihan batik tentu akan memancing orang bisa membuat batik. Lebih utamanya lagi menumbuhkan cinta dan bangga akan budaya leluhur nusantara,”tutupnya.
Reporter: Doni
Editor: Tim Redaksi