
KOTA MALANG – malangpagi.com
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menyatakan dukungannya terhadap pengembangan wakaf produktif di lingkungan perguruan tinggi. Hal ini disampaikan Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, saat menghadiri Seminar Wakaf Kampus yang digelar di Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, Senin (20/10/2025).
Wahyu Hidayat mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tersebut sebagai sarana peningkatan pemahaman masyarakat, khususnya civitas akademika, tentang pentingnya wakaf dan manfaat produktifnya bagi kesejahteraan umat.
“Kami menyambut baik kegiatan ini. Sosialisasi dan pembinaan seperti ini penting agar masyarakat, termasuk mahasiswa, semakin memahami secara detail terkait wakaf dan potensinya,” ujar Wahyu.
Menurutnya, potensi wakaf di Kota Malang saat ini tercatat sebanyak 57 lokasi, namun masih dapat dioptimalkan lebih lanjut untuk mendukung kegiatan pendidikan, seperti pengembangan sarana prasarana dan peningkatan kualitas pengajar.
“Itu hal yang positif untuk kepentingan mahasiswa, baik sarana, prasarana, maupun tenaga pengajarnya. Kami akan berupaya menyambungkan hal tersebut dengan baik,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI), Tatang Astarudin, menuturkan bahwa kampus memiliki potensi besar dalam menggerakkan wakaf, termasuk melalui konsep wakaf retail atau wakaf skala kecil yang bersumber dari individu.
“Dengan nominal Rp10.000, Rp5.000, bahkan Rp1.000 saja sudah bisa berwakaf. Kami dorong gerakan wakaf uang karena lebih fleksibel dan mudah diinvestasikan,” jelas Tatang.
Ia menyebut, optimalisasi wakaf uang dapat dilakukan melalui dua sektor, yaitu sektor riil untuk mendukung usaha produktif masyarakat dan UMKM, serta sektor finansial melalui instrumen sukuk negara.
“Kami juga berencana menyalurkan dana abadi kampus ke dalam sukuk negara agar manfaatnya berkelanjutan,” ucapnya.
Di tempat yang kesempatan yang sama, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, menyampaikan bahwa potensi wakaf di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, sangat besar. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah membangun persepsi dan animo masyarakat terhadap konsep wakaf produktif.
“Ini yang terus kami bangun melalui riset dan kajian di perguruan tinggi, agar masyarakat termotivasi dan senang berwakaf secara produktif,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Asisten III Gubernur Jawa Timur, Akhmad Jazuli, dalam sambutannya menuturkan bahwa implementasi wakaf produktif diarahkan untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu. Ia menjelaskan perbedaan antara zakat dan wakaf produktif, di mana wakaf bersifat abadi karena nilai pokoknya tidak berkurang.
“Kalau zakat harus dihabiskan dalam satu haul, berbeda dengan wakaf produktif. Nilai pokoknya tetap, sedangkan hasil usahanya yang dimanfaatkan. Inilah yang menjadikan wakaf produktif bersifat abadi,” terang Jazuli.
Saat ini, Jawa Timur menjadi provinsi dengan potensi wakaf tertinggi di Indonesia, mencapai Rp36 triliun. (Dik/YD)