KOTA MALANG – Malangpagi.com
Usai pandemi Covid-19, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, B.A.,M.B.A. mewacanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bisa diterapkan secara permanen. Dikombinasikan dengan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Terkait hal tersebut, membuat beberapa pihak angkat bicara. Salah satunya dari pendiri Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), Agustinus Tedja Bawana.
Menurutnya, wacana yang terlontar terkait sistem pendidikan yang akan dilaksanakan secara permanen online itu metode yang baik. Tapi, secara sosial dilingkup masyarakat belum siap untuk itu.
Pemerintah harus memahami bahwasannya, belum semua masyarakat siap melaksanakan pembelajaran secara online yang begitu mendadak dengan berbagai kondisi.
Pemerintah tidak boleh memandang sebelah mata, karena dalam sila 5 butir pancasila sudah jelas. Artinya, kata adil yang ada di sila ke 5 harus tetap kita amalkan. Sehingga, sudah jelas bahwa setiap lapisan masyarakat berhak mengenyam pendidikan secara adil,”tutur Ayah Tedja sapaan akrab dari Agustinus Tedja Bawana , 22 Juli 2020.
Pada kesempatan ini, ia mengajak merangkum sedikit tata cara tentang pelaksanaan sistim pendidikan, sesuai dengan tujuan sekolah. Sekolah yang paling utama adalah tempat mendidik para siswa siswi untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Alasan yang mendasar ialah orang tuanya tak dapat memantau atau mengawasi sepenuhnya pendidikan anak. Tentu dikarenakan beberapa hal seperti, harus bekerja, kurang mampu mendidik secara mandiri, terkendala waktu dan lain-lain.
Pria yang menggeluti dunia sosial dan kemanusiaan ini juga mengungkapkan, Seyogyanya dipahami dulu konsep kenapa sekolah itu terbentuk dan kenapa orang tua menitipkan anaknya di sekolah. Kali ini, hanya beberapa hal saja yang mungkin dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran pasca covid-19.
Ia juga menyayangkan, saat dunia pendidikan atau sekolah belum bisa dibuka, namun justru fasilitas lain bisa beroprasi. Semisal, dibandingkan dengan mall, tempat rekreasi, sarana umum dan yang lainya,miris kami melihatnya. Tentu memberikan akses pendidikan merupakan hal yang lebih penting daripada fasilitas lainya. Masa depan negeri ini ada di tangan anak-anak kita dengan mengenyam pendidikan yang baik, tandasnya
Berikut beberapa alternatif solusi yang sekiranya dapat kita laksanakan dalam kondisi serba mendesak ini.
1. Sekolah dilaksanakan Senin – Sabtu, setiap meja belajar wajib menggunakan pembatas protokol covid-19.
2.Jam belajar dimulai pukul 7-10 pagi tanpa istirahat, alasannya agar para siswa-siswi tidak memiliki waktu untuk berinteraksi di jam istirahat.Tujuannya guna menghindari penyebaran covid-19.
3. Anak didik diberikan 2 mata pelajaran setiap harinya. Agar para siswa-siswi tidak terbebani ilmu diluar kapasitas otak produktif.
4. Satu mata pelajaran dihabiskan dengan 1 jam 30 menit. Pembagian 1 jam untuk belajar, 30 menit untuk quiz.Tujuan untuk menghilangkan PR (Pekerjaan Rumah) bagi siswa siswi, karena sekolah sudah diadakan full selama senin-sabtu.
Dari paparan tersebut, dimungkinkan hari sekolah bertambah, jam sekolah berkurang. Mendidik generasi yang baik, adalah bagaimana kita mengambil waktu produktif.
Diharapkan sistem pendidikan tetap berjalan dan bangunan fisik tetap terpakai. Sehingga, pembiayaan yang di keluarkan orang tua di sekolah, bertujuan agar putra – putrinya mendapat pendidikan yang layak dan dapat membuahkan hasil yang baik.
Agustinus Tedja Buwana, atau yang kerap disapa dengan Ayah Tedja ini, mengajak berpikir bersama atau urun rembuk(dalam istilah jawa) kepada siapa pun.Tujuan utama untuk menemukan solusi yang baik terkait sistim pendidikan. Semua semata-mata demi generasi penerus bangsa ini.
Pewarta: Doni
Editor: Redaksi