
KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional, untuk merayakan ditetapkannya batik sebagai salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity) oleh UNESCO pada 2009 silam. Hari Batik Nasional sendiri ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009.
Istilah batik berasal dari bahasa Jawa, ‘amba’ yang berarti tulis dan ‘nitik’ yang berarti titik. Sedangkan membatik adalah kegiatan melukis atas kain menggunakan canting yang memiliki ujung kecil. Sehingga memberi kesan sedang menulis dengan pola titik-titik.
Namun, meskipun istilah batik berasal dari bahasa Jawa, asal muasal batik sesungguhnya masih menjadi misteri dan masih diperdebatkan hingga saat ini.
Bertempat di Pendopo Rest Area Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Bupati Malang Sanusi, didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Malang Anis Zaidah Sanusi menghadiri Pasar Ibu pada peringatan Hari Batik Nasional tahun ini.

Kegiatan tersebut digelar guna memberdayakan Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai wujud kreativitas Peningkatan Ekonomi Nasional (PEN) 2021.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Camat dan Muspika Karangploso, Ketua Panitia Acara Pasar Ibu, serta Kelompok Batik Kalosa Karangploso.
Dalam sambutannya, Sanusi menyebut bahwa batik merupakan salah satu satu warisan nusantara yang unik. Peringatan di setiap tahunnya diselenggarakan untuk memaknai batik sebagai kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
“Batik sering diartikan sebagai seni gambar di atas kain untuk pakaian. Tidak asal menggambar saja, akan tetapi motif yang digambarkan juga memiliki makna filosofis. Tidak jauh dari kebudayaan Jawa, filosofi dalam motif batik masih berkaitan dengan simbol-simbol yang mengakar kuat dalam falsafah kehidupan masyarakat Jawa,” tutur Sanusi, Minggu (3/10/2021).

Kabupaten Malang sendiri juga diketahui sebagai salah satu sentra batik, serta memiliki berbagai macam batik dengan ciri khas tersendiri.
Meski masih kalah tenar dengan daerah penghasil kain batik seperti Pekongan, Solo, dan Yogyakarta, kualitas batik khas Kabupaten Malang juga tak ingin berhenti bersaing dan terus berkembang.
Salah satunya seperti tang ditunjukkan oleh Kelompok Batik Kalosa Karangploso, yang hingga kini tetap berusaha melestarikan ciri khas budaya Indonesia. Kalosa bahkan mampu menduduki peringkat lima besar se-Provinsi Jawa Timur, dan 15 besar se-Jawa dan Bali.
“Para perajin batik harus tetap optimistis, bahwa batik yang ada di Kabupaten Malang ini akan semakin berkembang. Potensi itu ada. Dengan didukung oleh pengrajin andal, ketersediaan bahan baku, dan distribusi pemasaran yang bagus, maka batik Kabupaten Malang akan semakin dikenal masyarakat luas,” papar Sanusi.
Bupati menegaskan, melalui kegiatan semacam ini tentunya akan semakin memacu semangat para pengrajin, desainer, dan para pelaku usaha batik untuk terus berkreasi, agar batik Kabupaten Malang semakin dikenal luas. (Giar/MAS)