KOTA MALANG – malangpagi.com
Menyambut bulan Safar dalam penanggalan Hijriah, Kampung Gribig Religi menyajikan Jenang Sapar, sebagai wujud kekerabatan dan kebersamaan. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Pokdarwis Kampung Gribig Religi, Devi Arif, Jumat (2/9/2022), di kampung yang terletak dalam kompleks makam Ki Ageng Gribig, Jalan Ki Ageng Gribig Gang II Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
“Acara ini pada dasarnya merupakan kegiatan rutin Pokdarwis Kampung Gribig Religi, merujuk kepada agenda wisata Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang sebagai wisata religi,” paparnya.
Saat bulan Safar, ujar Devi, Komplek Pemakaman Ki Ageng Gribig selalu menyajikan jenang srunthul atau grendul. Hal tersebut sebagai wujud doa, kebersamaan dan kekerabatan yang kental, dengan saling beranjangsana atau bersafar.
Sebagai event pariwisata, pihaknya berharap agar acara njenang ini menjadi sebuah konsep lain tentang sedekah dan silaturahmi. Yang pada akhirnya, khalayak mengenal kompleks makam Ki Ageng Gribig ini sebagai objek wisata religi yang layak untuk dikunjungi.
“Jenang grendul yang berbentuk bulat berbahan dasar tepung beras ketan. teksturnya kenyal tapi kokoh, fleksibel namun bersaudara. Pada prinsipnya adalah kebersamaan,” jelasnya.
Devi menjelaskan, untuk membuat jenang gredul membutuhkan proses yang dimulai sejak pagi sehari sebelumnya. “Jenang selesai menjelang asar. Yang dimulai dengan proses belah kelapa, ngunder-ngunder, njenang, hingga mengemasnya, dan selanjutnya kami disajikan kepada masyarakat, pengunjung, atu peziarah yang hadir ke kompleks makam Ki Ageng Gribig, sekaligus ada gelar istigasah rutin setiap Kamis Malam Jumat Legi,” bebernya.
Di tempat terpisah, Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Pokdarwis Kota Malang, Isa Wahyudi melayangkan apresiasi atas gelaran yang diselenggarakan Kampung Gribig Religi.
Menurut anggota Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang tersebut, gelaran sajian jenang gredul merupakan bentuk pemajuan kebudayaan. “Kegiatan ini sebagai bagian dari adat istiadat dan ritus, yang merupakan obyek pemajuan kebudayaan,” ucap pria yang biasa disapa Ki Demang itu.
Pegiat Kampung Budaya Polowijen itu pun menyebut, bahwa warga Kampung Gribig Religi ini bersungguh-sungguh dalam memperbaiki pelayanan pengunjung makam dan para peziarah, agar betah dan tertarik belajar sejarah dari Makam Ki Ageng Gribig, serta perjuangan bupati-bupati Malang yang ada di area makam tersebut.
“Salah satunya terdapat makam Bupati Malang pertama, R.A.A Notodiningrat. Selain itu, ada juga makam Bupati Malang II, Raden Ario Adipati Notodiningrat II, dan Bupati Malang III berserta para kerabatnya. Termasuk Bupati Surabaya, Bondowoso, hingga Bupati Ponorogo juga dimakamkan di sini,” tandas Ki Demang. (Har/MAS)