KOTA MALANG – malangpagi.com
Walikota Sutiaji, bangunan siapapun kalo melanggar harus dijebol. Hal ini, disampaikan Walikota Malang saat silaturrahmi bersama tokoh lintas agama di ruang sidang Balaikota Malang.
Sutiaji menyampaikan bahwa di tahun 80an Kota Malang tidak pernah kenal istilah banjir. Namun sekarang di tahun 2019 ini ditemukan 26 titik banjir padahal posisi Kota Malang ada di dataran tinggi.
Penyebab dari banjir ini adalah adanya penumpukan sampah di gorong-gorong dan kali di Kota Malang. Satgas DPUPR selalu membersihkan dan mengontrol gorong-gorong dan sungai setiap hari tapi besok muncul kembali.
“Setiap hari kita ngontrol titik-titik itu. Kemaren, saya putuskan sendiri. Dah, bangunan siapapun kalo melanggar harus dijebol,” ujar Sutiaji, Kamis (11/4/2019).
Lanjutnya, saya pimpin sendiri jebol bangunan ruko di Tidar. Supaya saya bisa tegas, saya harus zero tolerance, we’ek sopo ini ngak peduli (punya siapa saya tidak peduli), ini sampah, ini kasur malah di gorong-gorong.
“Supaya saya bisa tegas, saya harus zero tolerance. Saya ngak peduli, ini sampah, malah kasur di gorong-gorong,” tambahnya sambil menunjukkan foto-foto tersebut.
Perilaku membuang sampah sembarangan yang berdampak pada kinerja sistem drainase di kota Malang. Kesadaran masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap sampah, baik perilaku pembuangan maupun budaya pengurangan sampah perlu diperkuat kembali.
Selanjutnya, Wakil Walikota menambahkan bahwa secara teknis Pemerintah Kota Malang akan siap dalam menghadapi masalah ini. “Langkah yang dilakukan pemerintah, pertama regulasinya ditata sehubungan dengan sampah, yang kedua aspek teknis. Di titik-titik tertentu nanti akan dipasang jaring. Supaya sampah tidak sampai ke ujung. Diawasi langsung oleh satgas sehingga tidak menumpuk seperti tadi,” ucapnya.
Sementara, Wawali juga menghimbau masyarakat dengan gerakan hidup bersih. Kegiatan kerja bakti, bersih-bersih digiatkan kembali supaya masalah kebersihan ini menjadi kebutuhan kita bersama.
Reporter: Red
Editor : Tikno