Oleh : Bambang GW
Menyimak perilaku politik rakyat dlm ruang konstentasi politik di negeri ini membuat kita tanpa sadar terjebak dlm perilaku dan pemikiran jauh dari rasa keadilan. Sementara di ruang yg berbeda betapa lantangnya kita teriak menuntut keadilan.
Terasa menyebalkan perilaku tersaji di setiap kemenangan konstentasi politik yg terjadi. Berbondong-bondong kerumunan orang menyampaikan ucapan selamat dan bila ada kesempatan untuk berdialog dg si pemenang beribu harapan dilontarkan seolah si pemenang akan dianggap “ideal” bila mampu mewujudkan beribu harapan tersebut. Sementara saat proses konstentasi politik berlangsung banyak di antara mereka hanya diam di rumah sembari sesekali melempar kata pesimis bhkn tak percaya pada siapapun. Sang pemenang dibiarkan berjuang sendiri dg caranya untuk bisa meraih kemenangan.
Adilkah perilaku dan pemikiran kita bila semacam itu?? Konstentasi politik kembali akan kita hadapi beratus bahkan beribu orang terlibat dlm arena konstentasi politik dg modal beragam niat dan pikiran bahkan mungkin modal yg tdk sedikit. Bahkan mengerucut pada konstentasi pucuk pimpinan republik ini. Berbusa mulut kita dlm setiap ruang publik menghantam situasi dan kondisi yg msh jauh dari harapan sampai memunculkan sikap pengharusan bahwa “parlemen harus begini!!!” dan “presiden harus begini!!!” tapi jadi aneh banyak di antara kita msh memelihara rasa pesimistis bahkan tidak percaya pada siapapun yg berani tampil.
Kita membangun sikap tak peduli pada proses konstentasi politik tersebut. Kita asyik memainkan dunia kita masing-masing untuk bisa memasukkan mereka dlm panggung dunia kita. Kita mengambil jarak yg cukup jauh. Kita hny berdiri sebagai penonton yg pandai berkomentar. Kita biarkan mereka berkiprah dg caranya masing-masing tanpa sedikitpun kita berkontribusi. Tetapi kembali perilaku menghamba kita pada sebuah kemenangan akan tertampilkan saat sang pemenang sudah diputuskan maka kembali bercorak lagak tampil seolah yg punya andil mewarnai pemenangan.
Keadilan hanya sebuah tuntutan jauh dari pikiran dan perilaku kita sendiri. Keadilan hanya sebuah wacana yg kita sodorkan pada penghambaan kita pada kemenangan. Kita ternyata jauh dari rasa keadilan itu sendiri. Semoga kaum berkesadaran semakin punya kemauan dan kemampuan menyemaikan rasa keadilan itu agar keadilan benar benar mewujud dlm ruang pikiran dan perilaku kita semua. Semoga!!!
Malang, 30 Juli 2018