![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2020/10/Sport-Science-1.jpg)
KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Pada Haornas (Hari Olahraga Nasional) tahun ini, pemerintah mengusung tema “Sport Science, Sport Tourism dan Sport Industry,” yang dinilai sangat penting untuk perkembangan olahraga Indonesia ke depan. Ketiga unsur tersebut dianggap memiliki peran yang sama besar untuk kebugaran, prestasi dan perekonomian nasional.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali melihat sport science sebagai salah satu penyebab prestasi olahraga Indonesia belum optimal.
“Dukungan sport science pada proses pembinaan atlet-atlet muda dan elit masih minim. Oleh karena itu, ke depan kami akan dorong cabor-cabor untuk mengoptimalisasi sport science dalam pembinaan cabang olahraga,” seru Menpora dalam peringatan Haornas 2020 di GOR POPKI, Cibubur, Jakarta Timur, 9 September lalu.
Tapi, sebenarnya apa sih sport science itu?
Dalam beberapa tahun terakhir, sport science makin biasa disebut seolah telah menjadi sebuah istilah keren dalam dunia olahraga. Sayangnya, pengetahuan komprehensif soal itu, dan juga realisasinya, masih jauh dari semestinya.
Jika diterjemahkan langsung dalam bahasa Indonesia, sport science secara harfiah berarti “pengetahuan olahraga.” Secara umum, sport science bisa dibagi ke dalam beberapa keilmuan, yaitu bagian kepelatihan, fisik, kedokteran, fisioterapi dan rehabilitasi, relaksasi, gizi, psikologis, dan bagian peneliti (researcher).
Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu program latihan, atau sebuah materi, untuk membentuk atlet atau tim olahraga yang fit, bugar, dan bebas cedera dalam menghadapi pertandingan.
![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2020/10/Sport-Science-2.jpg)
Menurut pakar olahraga, Dr. Irmantara Subagio, M.Kes,sebenarnya aplikasi sport science itu sederhana. Karena setiap latihan pasti ada prinsip dan tahap-tahapnya. Namun, diakuinya selama ini memang ada gap informasi terkait sport science ini.
“Jangan dipandang rumit. Intinya adalah memanusiakan atlet. Menyusun program latihan yang terukur, tercatat dan terprogram, sejatinya itu sudah termasuk dasar-dasar sport science,” tutur pria yang biasa disapa Ibag itu kepada Malang Pagi.
Ditemui di sela-sela acara workshop bertajuk “Optimalisasi Prestasi Cabang Olahraga Beladiri,” Minggu (18/10/2020) yang bertempat di Rachman Club Gulat, Jalan Pahlawan Bajuri, Pakisaji, Kabupaten Malang, Ibag menjelaskan bahwa setiap tahapan latihannya memiliki dosis tertentu, yang mengakomodir pembinaan atlet dalam jangka panjang.
“Tidak instan. Seringkali ada pelatih yang berkeinginan untuk mempercepat proses. Sehingga ada tahapan yang hilang,” ujar Kepala Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) itu.
“Sehingga sering terjadi di Indonesia, atlet yang menang di usia yunior, tapi tidak berlanjut di usia senior. Hilang semua,” pungkas Ibag.
Reporter : MA Setiawan
Editor : Redaksi