KAB. MALANG – malangpagi.com
Terletak di kawasan Gunung Kawi yang terkenal sebagai pusat wisata religi, Dusun Pijiombo memiliki tradisi unik yang membedakannya dari desa-desa lain di Kabupaten Malang.
Menurut Kepala Dusun, Riyoko, tradisi Bersih Desa di Pijiombo dilakukan dengan serangkaian ritual pembersihan di Sumber Topeng.
Acara dimulai dengan ritual di Sumber Topeng dan dilanjutkan dengan pementasan Wayang Topeng. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun pada hari Senin di bulan Selo, seperti yang diselenggarakan pada Senin (03/06/2024).
Kesenian topeng mulai dikenal di Pijiombo sejak tahun 1929, dengan setiap dusun menampilkan kesenian topeng mereka masing-masing.
Tradisi ini diyakini sebagai peringatan hari jadi desa serta untuk menghormati tokoh yang pertama kali membuka lahan untuk pemukiman di Desa Pijiombo atau dikenal sebagai babat alas.
“Tradisi menyajikan gelar Wayang Topeng dilakukan oleh masyarakat Desa Pijiombo setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tanggung jawab terhadap lingkungan untuk melestarikan alam serta mempertahankan budaya khas Malang dengan ikon Topeng Malang yang telah turun-temurun,” jelas Riyoko.
Keunikan topeng Pijiombo adalah topeng madyo utomo yang memiliki sedikit kreasi namun tetap mengikuti pakem topeng. Riyoko berharap budaya di dusun Pijiombo tetap lestari dan terus berkembang.
“Saat ini penari sudah banyak regenerasi, tidak seperti dulu yang penarinya hanya itu-itu saja. Walaupun tingkat kehadiran pengunjung agak berkurang, saya masih sangat senang melihat warga antusias mempersiapkan agenda tahunan ini,” tambahnya.
Penggiat seni budaya Malang, Nasai menyatakan bahwa acara Bersih Dusun ini dapat menjadi ajang pengenalan tradisi budaya Kabupaten Malang, tidak hanya secara lokal tetapi juga mancanegara.
“Kebiasaan leluhur yang mempercayai bahwa jika gelar ini tidak dilakukan akan mendatangkan bala, bisa menjadi materi pengenalan budaya dan tradisi,” kata Nasai.
Sejak tahun 2015, Nasai aktif mengenalkan tradisi Pijiombo ke dunia pendidikan dan merasa bangga ketika tari topeng masuk dalam muatan lokal sekolah.
Ia menekankan bahwa pendampingan dari pemerintah secara proaktif dan tepat sasaran masih sangat dibutuhkan.
“Harapan saya untuk anak muda adalah agar tetap mengembangkan dan melestarikan budaya tanpa meninggalkan kemodernan. Berjalan beriringan, karena hidup ini tidak lepas dari tradisi,” tutupnya. (Dsy/YD)