
KOTA MALANG – malangpagi.com.
Kamis pagi (27/8) puluhan siswa yang berasal dari tingkat PAUD hingga SMP memenuhi Museum Pendidikan yang terletak di Jalan Raya Tlogowaru, Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang. Mereka datang untuk mengikuti berbagai lomba, di antaranya lomba melukis, mewarnai dan geguritan atau bercerita dalam bahasa jawa.
Acara yang bertajuk Event Pemanfaatan Museum ini digagas oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang ini digelar sebagai bentuk sosialisasi ke masyarakat, guna mengubah cara pandang mereka, khususnya anak-anak terhadap fungsi museum.
“Secara konsep, Museum Pendidikan memang berbeda dengan museum lain. Jika selama ini museum dikenal sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno, yang mungkin menyeramkan bagi anak-anak. Tapi di Museum Pendidikan dapat menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar dan mengkaji ilmu pengetahuan maupun sejarah dengan menyenangkan,” jelas Kabid Disdikbud, Andayun Sri Afriana kepada Malang Pagi usai membuka acara.
Andayun mempersilakan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang terdapat di Museum Pendidikan. Pihaknya juga menginginkan untuk ke depannya Museum Pendidikan mengusung konsep edutainment. “Jadi selain edukasi, juga akan ada unsur entertaiment,” tambahnya.
Di acara yang diadakan selama dua hari ini (27/8 – 28/8), juga digelar berbagai kegiatan, seperti pameran kontemporer, seminar, dan bermacam lomba untuk siswa-siswi PAUD, TK, SD dan SMP. Serta terdapat lomba-lomba untuk para seniman dan pecinta fotografi, di mana karya-karya mereka juga akan dipamerkan seusai lomba.
“Peserta lomba ini terbatas. Para pelajar dari sekolah kita pilih melalui seleksi lewat kepala sekolahnya masing-masing. Cara ini ditempuh mengingat masih dalam situasi pandemi. Jadi walaupun diikuti oleh sekolah-sekolah di Kota Malang, tapi tidak semua,” imbuh Andayun.
Menurut Kabid Disdikbud, pihaknya akan menambah koleksi-koleksi yang edukasif, agar Museum Pendidikan lebih menarik kunjungan masyarakat. Selain itu, juga akan rutin digelar berbagai kegiatan.

Di waktu yang sama, penggerak Tithek Tenger, Djoko Rendy mengaku sangat terkesan dengan terobosan yang dilakukan Disdikbud Kota Malang tersebut.
“Meski kami baru tahu jika Kota Malang memiliki museum semegah ini, kami sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Disdikbud dengan menggelar event untuk memaksimalkan pemanfaatannya. Ini bak gayung bersambut bagi kami,” ujar tokoh senior seni dan budaya ini.
Lebih lanjut pria yang telah puluhan tahun menekuni bidang seni budaya ini menjelaskan, Tithek Tenger sendiri juga bergerak di bidang edukasi dan literasi. Banyak program yang dilaksanakan hingga sampai saat ini.
“Tithek Tenger sendiri pernah melaksanakan beberapa program. Seperti menggelar lomba mewarnai dan melukis topeng untuk anak usia dini. Selain itu juga ada pelatihan tari, membatik, membuat cokelat topeng, dan kerajinan-kerajinan lainnya,” ungkap Joko Rendy.
“Kami harapkan, event seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin. Minimal tiga kali dalam seminggu. Mengingat letaknya yang strategis, sehingga mudah diakses masyarakat. Tempatnya megah dan luas. Sangat memadai untuk melakukan berbagai kegiatan dengan penerapan protokol Covid-19,” tutupnya.
Penulis : Doni Kurniawan
Editor : MA Setiawan