KAB. MALANG – malangpagi.com
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan bagi para difabel, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang menggelar Pelatihan Literasi Keuangan di Savana Hotel and Convention, Kota Malang, 7–9 November 2023. Pelatihan ini diikuti 20 peserta, 11 di antaranya adalah difabel.
Kepala Disnaker, Yoyok Wardoyo menyampaikan, selain untuk menekan angka pengangguran, tujuan dari pelatihan ini adalah guna meningkatkan kesejahteraan para penyandang disabilitas.
Tidak hanya menyasar para difabel, pelatihan ini juga terbuka non difabel. Menurut Yoyok, hal ini dikarenakan animo masyarakat cukup besar, sehingga Disnaker memberikan kesempatan bagi para pengusaha pemula untuk bergabung dalam kegiatan tersebut. “Pasalnya, para peserta diutamakan yang memiliki usaha. Dengan pelatihan ini diharapkan bisnis mereka semakin moncer,” kata Yoyok, Rabu (8/11/2023).
Lebih lanjut, Kadisnaker menjelaskan bahwa pelatihan ini terinspirasi dari silaturahmi dengan Komisioner Difabel dengan Pemerintah Kabupaten Malang. Dalam kegiatan tersebut, peserta sempat meminta pelatihan bagi difabel dalam bentuk literasi keuangan.
Yoyok menerangkan, pelatihan literasi keuangan ini dilengkapi dengan pelatihan digital marketing. “Juga narasumber-narasumbernya adalah motivator wirausaha dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro. Di samping itu, kami juga menghadirkan Dinas Sosial, perbankan, dan kampus untuk memberikan materi,” katanya.
Kegiatan ini, lanjut Kadisnaker, merupakan sinergi pihaknya dengan Dinas Sosial. Selain itu juga merupakan sebuah bukti dan komitmen, bahwa Pemkab Malang peduli terhadap dunia inklusi.
Lebih lanjut, Yoyok menyebut bahwa Disnaker Kabupaten Malang terus berupaya mewujudkan kegiatan-kegiatan yang inklusif. Artinya tidak terbatas pada masyarakat umum pencari kerja semata, melainkan juga secara konsisten selalu melibatkan para penyandang difabel.
Pihaknya berharap, para penyandang difabel dan peserta lainnya dapat meningkatkan pemahamannya terkait dengan literasi keuangan serta upaya-upaya untuk mengembangkan usaha. Pasalnya, sebagian besar peserta dari penyandang difabel telah memiliki usaha sendiri.
“Kalau mereka tadinya berwirausaha membuka warung kopi, kini mereka dapat menambah income lain melalui literasi keuangan dan digital marketing. Dapat menjual produk-produk yang lain melalui konsep reseller,” pungkas Yoyok. (DK99/MAS)