
KOTA MALANG – malangpagi.com
Dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional yang jatuh pada 9 Maret, Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko mengunjungi Museum Musik Indonesia (MMI) yang terletak di Jalan Nusakambangan No. 19 Kota Malang, Rabu (9/3/2022).
“Ini satu momen yang pas, karena hari ini adalah Hari Musik Nasional, tepatnya jatuh pada 9 Maret yang merupakan hari lahir pencipta lagu Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman,” ujar Bung Edi, sapaan akrab Wawali.
Pria berkacamata yang murah senyum itu pun menyampaikan, di Hari Musik Nasional tahun ini, dirinya ingin membangun dan mengingatkan kembali bahwa Kota Malang adalah barometer musik rock di tanah air.
“Artinya, sebuah capaian yang besar dan sebagai alat ukur. Sehingga terbangun ekosistem dari kelompok musik rock di Malang. Pecinta musik, penyelenggara, pendukung, sponsor, dan termasuk di dalamnya adalah pemerintah,” terang politisi Partai Golkar itu.

Bung Edi menekankan, makna barometer harus dipahami dalam arti luas. “Meskipun konser metal tetap aman, penyelenggara pun senang karena acaranya sukses. Terpenting. pelaku usaha mensupport kegiatan musik tersebut. Itulah barometer,” urainya.
Pria Arema (Arek Malang) asli itu mengaku sangat mengapresiasi kehadiran MMI. Karena di dalamnya tersimpan nilai sejarah yang tidak bisa diulang.
“Walaupun di tempat yang sederhana, namun saya bersyukur karena teman-teman masih open (merawat), dan museum ini adalah sesuatu yang mewah dengan value dan history. Terimakasih Pak Hengki, semoga ini terus berkelanjutan,” harapnya.
Pada kesempatan itu, penggagas berdirinya Museum Musik Indonesia, Hengky Herwanto meminta kepada Bung Edi agar diadakan program wajib kunjung museum.
“Itulah harapan kami. Program wajib kunjung museum dapat terlaksana, cukup dari Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang kepada sekolah-sekolah yang ada di Kota Malang. Minimal sekali dalam setahun,” tutur Hengky.
Dirinya pun bercerita, beberapa hari yang lalu telah dikunjungi tokoh penyanyi langgam Jawa, Waljinah, yang kagum dengan koleksi yang dimiliki Museum Musik Indonesia.
“Di masa pandemi banyak tekanan yang kami alami. tetapi roda-roda Museum Musik Indonesia tetap berjalan. Ada beberapa musisi kita di dalamnya yang berperan memajukan kebudayaan Indonesia, dan berperan memajukan indeks kebudayaan Kota Malang,” tegas anggota Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang itu.
Dalam kunjungan tersebut, sebuah saran datang dari musisi David Duo Ethnicholic, yang menginginkan agar karya para seniman dapat terwadahi dalam sebuah platform digital. Sehingga meskipun sang seniman tutup usia, karyanya tetap dikenang dan mendapatkan royalti.
“Karya musik ini sudah diselamatkan. Apakah kemudian Kota Malang menyediakan platform digital? Sehingga yang ngamen [adalah] karyanya, bukan personal,” ucap pria berpawakan gempal itu.
David berharap, terdapat perhatian dari pemerintah terhadap pelaku seni. Karena menurutnya, seni tidak bisa hidup tanpa campur tangan pemerintah.
Menanggapi saran tersebut, Bung Edi mengusulkan untuk membuat sebuah forum diskusi, agar dapat dieksekusi dengan lebih matang. “Dengan jagongan dan rembukan, akhirnya ide itu muncul dan saling bersinergi. Karena sinergi adalah kunci untuk membangun Kota Malang,” jelasnya.
Kunjungan Wawali diakhiri jagongan yang berlangsung gayeng, diiringi alunan grup musik Panji Laras Svara yang membuat suasana semakin hangat, berikut pemotongan tumpeng sebagai bentuk syukur memperingati Hari Musik Nasional. (Har/MAS)