
KOTA MALANG – malangpagi.com
Kasus kematian tragis seorang perempuan berinisial EMF (29) yang ditemukan tidak bernyawa di Losmen Windu Kentjono, Jalan Kolonel Sugiono, Kecamatan Sukun, Kota Malang, memasuki babak baru. Polsek Sukun menggelar rekonstruksi kasus pada Rabu (23/7/2025).
Dalam proses rekonstruksi yang menghadirkan sebanyak 35 adegan, tersangka, AK (26) memperagakan kembali kronologi kejadian di dalam kamar tempat korban ditemukan meninggal dunia.
Jaksa Penuntut Umum (JPU), Suudi menegaskan bahwa sejauh ini pihaknya meyakini unsur pidana telah terpenuhi sesuai dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau Pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian.
“Menurut kami, unsur pembuktian sudah cukup terpenuhi. Tidak ada orang lain di kamar itu dalam jeda waktu kejadian. Beberapa saksi juga melihat potongan-potongan petunjuk yang mengarah kuat kepada tersangka,” ujar Suudi.
Rekonstruksi juga menambah beberapa adegan penting yang memperjelas rangkaian peristiwa sebelum korban meninggal dunia. Salah satu adegan yang ditambahkan adalah saat korban mendorong tersangka hingga jatuh ke lantai. Aksi tersebut diduga memicu emosi tersangka, yang kemudian membalas dengan tindakan kekerasan.
“Tadi ditambahkan satu adegan saat korban mendorong tersangka. Dari situ emosi tersangka memuncak dan berujung pada tindakan pencekikan hingga korban lemas. Setelah itu, mulut korban disumpal dengan sapu tangan dan ditutup dengan bantal,” lanjut Suudi.
Sementara itu, penasihat hukum tersangka, Irawan Sukma, menyampaikan bahwa kliennya tidak memiliki niat awal untuk membunuh. Menurutnya, kejadian tersebut terjadi secara spontan karena luapan emosi sesaat akibat perlakuan korban yang dinilai merendahkan dan memprovokasi.
“Klien kami mengalami tekanan emosi yang luar biasa saat berada di kamar. Ia dipukul, dimaki, bahkan didorong hingga jatuh dari tempat tidur. Tidak ada niat membunuh, ini lebih kepada reaksi sesaat yang tak terkendali, semacam emosi sesaat,” jelas Irawan.
Ia juga menyatakan bahwa adegan-adegan dalam rekonstruksi konsisten dengan pengakuan tersangka dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
“Kalau berdasarkan rekonstruksi tadi, sebenarnya tersangka sudah diam. Jadi cekcok ini ada dua tahapan, tahap pertama sebelum tersangka didorong hingga jatuh dan dipukuli dari belakang. Tahap kedua diulangi lagi. Kalau dari analisis kami, tersangka merasa harga dirinya direndahkan dengan salah satu kalimat korban,” pungkasnya. (YD)