KOTA MALANG – Malangpagi.com
Sejak era kolonial, komplek pemakaman Sukun atau yang di kenal dengan Kuburan Londo (Makam Belanda), memang sudah ada. Sekitar tahun 1919 silam komplek pemakaman dikenal dengan nama Europese Begraafplaats Soekoen te Malang.
Areal pemakaman seluas 12 Hektar ini, sangat cocok sebagai rujukan menelusuri jejak peradaban sejarahnya.
Bukan tanpa sebab, karena di areal pemakaman tersebut, banyak tokoh – tokoh yang dikebumikan. Semisal, Dolira Chavid (Tante Dolly), Joseph Wang CDD pendiri Hua Ind, CG Lavalette pendiri rumah sakit Lavalette, sampai Pieter A Allaris, pengikut Freemason sampai Mgr Clement Van Den Pas O Carm, Misionaris ordo Karmel dari Belanda.
Maka dari itulah, Pokdarwis TPU Sukun (Kuburan Londo) membuka paket DarkTourism. Tujuan utama, pengenalan sejarah “Kuburan Londo” beserta tokoh – tokoh yang dikebumikan di areal komplek pemakaman tersebut.
Kopi tulang produk asli Pokdarwis Kuburan Londo, juga seuatu hal yang layak di kenalkan. Dark Tourism sendiri diadakan tiap Kamis, malam Jumat Kliwon dan Legi.
Pemandu wisata Dark Tourism, Desi Yumnasari mengajak peserta/tim mengelilingi areal pemakaman tersebut, dan bercerita sejarah tentang Kuburan Londo.
“Hari ini kami memandu peserta untuk mengenal sejarah berikut para tokoh – tokoh yang dikebumikan disini. Kami jelaskan secara detail sejajarah – sejarahnya kepada peserta, agar mudah di mengerti dan dipahami.
Hal yang paling utama histori tentang Kota Malang,”ungkap wanita yang juga praktisi bahasa Belanda pada, Kamis malam 06 Agustus 2020.
Dirinya juga menjelaskan, selain itu, tujuan Dark Tourism sendiri meluruskan cerita negatif yang berkembang di masyarakat. Sudah sepatutnya Kuburan Londo dijadikan cagar budaya, untuk dijaga, dirawat dan dilestarikan.
Semoga kedepannya semakin banyak lagi masyarakat yang peduli terhadap Kuburan Londo. Tak hanya itu, tentunya tumbuh keinginan dan kemauan kuat untuk belajar histori sejarah Kuburan Londo. Jangan anggap areal pemakaman tempat yang menakutkan dan menyeramkan. Tapi, jadikanlah referensi belajar bersama menggali potensi – potensi sejarah di dalamnya, pungkas Desi.
Pewarta: Doni
Editor: Redaksi