KOTA MALANG – malangpagi.com
Padaacara NGANGSU KAWERUH yang digelar oleh Sekolah Budaya Tunggulwulung, bekerjasama dengan Bawaslu Kota Malang, yang juga dihadiri oleh Bawaslu Propinsi Jawa Timur dan Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Djarwoko, para budayawan Malang Raya telah bersepakat untuk ikut berpartisipasi dan mengawal Pemilu 2019.
Ini dilakukan, dengan harapan bahwa seluruh proses politik untuk memilih pemimpin ke depannya, bisa dilakukan dengan penuh nilai-nilai Budi Luhur.
“Racun demokrasi ada tiga saat ini. Yaitu Politik Uang, Politik SARA, dan Politikus yang tidak berbudaya. Itu harus kita lawan semuanya. Karena itu tanggung jawab bersama.” Ujar Sofyan Edi Djarwoko dalam pembukaan pemaparannya.
Sofyan Edi Djarwoko, sebagai Wakil Walikota Malang, saat itu juga memberikan materi bagaimana cara yang lebih berbudaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2019 nanti, khususnya di Kota Malang.
Karena mengembalikan kepercayaan masyarakat, setelah terjadi tsunami politik dengan ditangkapnya 41 anggota DPRD Kota Malang oleh KPK, menjadikan apatisme masyarakat berpotensi semakin tinggi.
“Mendapatkan kepercayaan masyarakat di Kota Malang ini, setelah kejadian kemarin tsunami politik, memang sangat sulit. Tapi kita bersama tetap harus memberikan pendidikan politik dan pencerahan kepada masyarakat. Karen hajat hidup bersama, sangat ditentukan oleh berbagai keputusan politik.” Sambung Sofyan Edi Djarwoko.
Sementara itu, Komisioner Bawaslu Propinsi Jawa Timur, juga memaparkan beberapa kiat jitu dalam mengajak masyarakat luas untuk lebih peduli dengan proses-proses politik pada Pemilu 2019.
“Kita, Bawaslu dan semuanya, sangat berkepentingan untuk bisa memilih calon pemimpin yang benar-benar berkualitas dan berintegritas. Kita bersama harus peduli. Kalau kita acuh tak acuh, maka nanti yang menjabat tidak bisa dipertanggung jawabkan nilai-nilai moralitasnya dalam memperjuangkan hak-hak kita bersama.” Ungkap Nur Elya Anggraini, selaku Komisioner BAWASLU Jawa Timur.
Iwan Sunaryo, selaku Komisioner Bawaslu Kota Malang, juga menambahkan bahwa peran aktif Budayawan Malang Raya, bisa menjadi faktor kunci utamanya dalam menggerakkan massa untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2019 nanti.
“Para pendekar dan sesepuh seni budaya Malang Raya, saya yakin bisa menjadi motor penggerak utama dalam Pengawasan Partisipatif. Mereka semuanya, massanya banyak. Bisa dilihat pada saat tanggapan atau gelaran seni-budaya di Malang Raya. Pasti jumlah massanya sangat banyak. Hingga ribuan. Ini potensi untuk membangun kesadaran politik secara massal.” Ungkap Iwan Sunaryo, selaku Komisioner Bawaslu Kota Malang.
Dalam sesi tanya jawab, juga terdapat banyak masukan. Diantaranya, usulan dari Seyhan Zuleha, salah satu hadirin yang hadir saat itu.
“Apakah bisa, nanti anggota dewan yang terpilih, disumpah dihadapan masyarakat luas? Agar mereka malu, kalau nanti ternyata melanggar sumpahnya.” Tanya Seyhan Zuleha.
“Seharusnya, kita bisa menjadikan momentum pemilu 2019, sebagai sebuah momentum kebudayaan. Sehingga, yang terpilih adalah mereka yang benar-benar berbudaya. Paham dan mengamalkan keluhuran budaya. Benar-benar berbudi luhur.” Ungkap Bambang Guntur Wahyudi, yang juga hadir sebagai peserta sekaligus salah satu Caleg Kota Malang dapil Kedungkandang.
Dalam acara tersebut, juga dilakukan penanda tanganan MOU antara Sekolah Budaya Tunggulwulung dengan Bawaslu Kota Malang. Isinya adalah kesepakatan kerja bersama untuk Pengawas Partisipatif Pemilu 2019, yang nantinya melibatkan seluruh unsur Budayawan di Malang Raya.
Dengan harapan, agar Pemilu 2019 benar-benar bisa menjadi Pemilu yang berbudaya di wilayah Malang Raya.
Reporter : Tikno
Editor : Putut