KOTA MALANG – malangpagi.com
Lebih dari seratus guru SD, SMP, dan SMA di Kota Batu mengikuti pelatihan Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah yang diselenggarakan Bank Indonesia, bertempat di Golden Tulip Holland Resort Batu, Sabtu (18/11/2023).
Dikatakan oleh Asisten Ahli I Pemkot Batu, Susetya Herawan, pihaknya sangat mendukung kegiatan tersebut, karena materi yang disampaikan dianggap sangat penting bagi para guru, dalam memberikan pemahaman mengenai mata uang Indonesia kepada siswa.
“Para guru memiliki kelompok-kelompok, sehingga training of trainers (ToT) ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam kelompok masing-masing oleh tenaga pendidik,” kata Susetya.
Menurut Susetya, kegiatan pelatihan ini sesuai dengan kurikulum Merdeka Belajar. Pasalnya, mata uang menjadi salah satu simbol kedaulatan negara. Oleh karena itu, mencintai mata uang rupiah adalah bentuk cinta kepada bangsa. “Di setiap jenjang pendidikan, terdapat kurikulum kewirausahaan yang harus ditanamkan sejak dini,” terangnya.
Sekitar 118 guru hadir dalam kegiatan tersebut, dan Susetya berharap bahwa setelah mengikuti materi ToT, para guru dapat membagi pengetahuan dan informasi yang mereka dapatkan ke kelompok-kelompok peserta didik mereka. “Kegiatan ToT tersebut bertujuan agar para guru dapat mengedukasi peserta didik di masing-masing sekolah,” ungkapnya.
Dirinya berharap para guru yang mengikuti kegiatan tersebut selanjutnya dapat menjadi narasumber dan instruktur dalam pertemuan gugus mereka. Sehingga pengetahuan tentang cinta dan pemahaman rupiah dapat diimplementasikan ke kelompok lainnya. “Pendidikan tentang rupiah tidak hanya penting bagi diri sendiri, tetapi juga penting untuk diterapkan pada orang lain,” tandas Susetnya.
Di tempat yang sama, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Dedi Prasetyo, menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi tentang mata uang rupiah kepada siswa melalui para guru di Kota Batu.
Diharapkan bahwa hal itu akan berdampak positif di berbagai aspek. “Dampaknya adalah masyarakat akan terhindar dari uang palsu, karena mereka akan menjadi lebih tahu bagaimana membedakan uang asli dan uang palsu,” ujarnya.
Salah satu hal yang ditekankan dalam pelatihan tersebut adalah bagaimana cara merawat uang, agar masa edarnya di masyarakat dapat lebih lama. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah uang rupiah yang dimusnahkan. “Jika jumlah uang rupiah yang dimusnahkan semakin sedikit, maka biaya pencetakan uang rupiah juga akan semakin berkurang. Dengan demikian, jumlah uang rupiah yang perlu dicetak juga akan berkurang, karena hal tersebut menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam perencanaan pencetakan uang,” jelasnya.
Merawat uang, kata Dedi, juga merupakan upaya menjaga simbol kedaulatan negara, karena mata uang rupiah adalah salah satu simbol tersebut. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami pentingnya merawat uang, agar nilai dan kepercayaan terhadap mata uang rupiah sebagai simbol kedaulatan negara tetap terjaga.
“Para guru diharapkan dapat mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai menghormati serta merawat uang rupiah kepada anak didiknya. Sehingga dapat menjadi bagian dari pembentukan karakter bangsa yang menghargai simbol-simbol kedaulatan negara,” tutup Dedi. (MK/MAS)